TEKNIK PEMBENIHAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI EKOWISATA MANGROVE WANASARI TUBAN, BALI
Main Author: | SULVIA APRIANTI, 141311133013 |
---|---|
Format: | Lainnya NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Fakultas Perikanan dan Kelautan
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/61854/1/KKC%20KK%20PKL.PK.BP.71-17%20Apr%20t%20ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/61854/2/KKC%20KK%20PKL.PK.BP.71-17%20Apr%20t%20LAPORAN%20PKL.pdf http://repository.unair.ac.id/61854/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Kepitng bakau (Scylla serrata) adalah salah satu komoditas perikanan yang dapat hidup di perairan payau dan hutan bakau. Di Indonesia produksi kepiting bakau (S.serrata) selama ini masih mengandalkan hasil penangkapan di alam dan hanya sebagian kecil dihasilkan dari kegiatan budidaya. Permintaan kepiting bakau yang terus meningkat, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor, membuat penangkapan di alam semakin intensif yang mengakibatkan terjadinya penurunan populasi kepiting bakau di alam. Salah satu cara membudidayakan kepiting bakau guna untuk pemenuhan kebutuhan konsumen yaitu dengan memproduksi benih melalui usaha pembenihan. Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 15 Januari sampai 25 Februari 2016 yang di laksakan di Ekowisata Mangrove Wanasari Tuban, Bali. Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah untuk mengetahui teknik pembenihan kepiting bakau (S.serrata) dari pemeliharaan induk hingga post larva beserta kendala-kendala yang dihadapi pada kegiatan pembenihan kepiting bakau. Teknik pembenihan kepiting bakau (S.serrata) meliputi penyediaan indukan kepiting bakau, pemijahan indukan kepiting bakau, penetasan telur, pemeliharaan larva, penanganan hama penyakit. Hasil pemijahan menghasilkan fekunditas sebesar 367.498 telur dengan daya tetas sebanyak 65%. Nilai kelulushidupan pemeliharaan larva adalah 54% . Permasalahan yang dialami pada kegiatan pembenihan di Ekowisata Manngrove Wanasari, Tuban, Bali adalah keadaan iklim yang berubah-rubah ketika musim hujan mempengaruhi kualitas air dan menyebabkan kepiting rawan terserang penyakit, kurangnya ketersediaan pakan untuk larva kepiting bakau, kurangnya kontrol dan perawatan sarana dan prasarana.