PENGARUH FAKTOR KARAKTERISTIK INDIVIDU, PSIKOLOGIS DAN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KADER POSYANDU LANSIA DI KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
Main Author: | ACHMAD ALHUSARI, 101314153065 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/61259/1/abstrak.pdf http://repository.unair.ac.id/61259/2/TESIS%20ACHMAD%20ALHUSARI%20101314153065.compressed.pdf http://repository.unair.ac.id/61259/ |
Daftar Isi:
- Posyandu Lansia (Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu untuk orang tua) adalah sebuah organisasi potensial dalam masyarakat, oleh Puskesmas atau dibentuk berdasarkan orang aspirasi. Jumlah penduduk lansia di Hulu Sungai Selatan adalah 23.451 (atau sekitar 10,7% dari total penduduk). Namun, hanya 36,96% dari orang tua menerima cakupan pelayanan kesehatan. Data ini menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya kesehatan pada sebagian besar orang tua Kabupaten rendah. Kader memainkan peran penting karena mereka bertanggung jawab untuk operasi Posyandu Lansia. kader kurang aktif akan menghambat pengoperasian posyandu dan menyebabkan layanan un-optimal. Sekitar 73% dari yang di tingkat Pratama. Studi ini menemukan bahwa usia, latar belakang pendidikan, status perkawinan, tahun layanan, dan faktor organisasi secara signifikan berkorelasi dengan kinerja kader. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor individu, faktor psikologis, dan faktor organisasi terhadap kinerja kader. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional menerapkan desain penelitian cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh Kabupaten kader yang terdiri dari 187 kader. Penelitian ini diterapkan Simple Random Sampling. Berdasarkan metode sampling, sampel dari penelitian ini terdiri dari 127 responden. Data dianalisis dengan menggunakan analisis multivariat menerapkan Logistik linier. Temuan: Dari 10 variabel dianalisis, variabel berhubungan dengan kinerja kader yang latar belakang pendidikan, tahun pelayanan, pengetahuan, motivasi, bimbingan teknis, dan pelatihan. Hasil analisis menunjukkan bahwa usia, status perkawinan, perilaku, dan manfaat tidak mempengaruhi kinerja kader. Berdasarkan temuan ini, para kader diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mereka dalam rangka untuk meningkatkan kader kinerja mereka. Meskipun insentif tidak berkorelasi dengan kinerja kader, kader diharapkan untuk mengikuti pelatihan tentang isu-isu kesehatan yang lebih sering.