Rasio IgG Anti Dengue terhadap IgM Anti Dengue untuk Infeksi Sekunder Pasien Infeksi Virus Dengue Dewasa di Surabaya

Main Author: ADE ROCHAENI, 011228156304
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/55513/1/ABSTRAK.pdf
http://repository.unair.ac.id/55513/2/PPDS.%20PK.%2010-16%20Roc%20r.pdf
http://repository.unair.ac.id/55513/
http://lib.unair.ac.id
Daftar Isi:
  • Pendahuluan. Infeksi virus dengue (IVD) dibedakan menjadi infeksi primer dan sekunder berdasarkan respon antibodi yang dihasilkan. Infeksi sekunder umumnya menimbulkan manifestasi klinis yang lebih berat. Uji hemaglutinasi inhibisi sebagai baku emas untuk menentukan infeksi primer atau sekunder dirasa tidak praktis karena membutuhkan sepasang sera dengan interval waktu tertentu Penelitian ini bertujuan mengetahui cut off rasio IgG anti dengue terhadap IgM anti dengue untuk infeksi sekunder pasien infeksi virus dengue dewasa di Surabaya. Metode. Subjek penelitian adalah pasien IVD yang di rawat di Ruang Tropik Infeksi Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo dengan hasil skrining NS1 (SD Dengue Duo, SD Bioline) dan/atau PCR dengue (Simplexa Dengue, Focus Diagnostics) positif. Pemeriksaan IgM dan IgG anti dengue kuantitatif dilakukan dengan metode ELISA (Panbio Dengue Duo IgM and IgG Capture). Analisis nilai cut off rasio IgG/IgM ditentukan berdasarkan kurva ROC. Hasil. Penelitian dilakukan bulan Maret-Agustus 2016 dan didapatkan sebanyak 61 sampel dengan hasil NS1 dan/atau PCR dengue positif. Hasil PCR dengue didominasi serotipe DEN-3. Berdasarkan pola reaktivitas IgM dan IgG anti dengue metode ELISA, 19 (31,1%) pasien dikategorikan sebagai infeksi primer dan 42 (68,9%) sebagai infeksi sekunder. Nilai cut off optimal rasio IgG/IgM anti dengue ≥ 0,927 sebagai prediktor infeksi sekunder memiliki sensitivitas 66,7% dan spesifisitas 63,2%. Dianalisis pula nilai cut off optimal IgM dan IgG anti dengue sebagai prediktor infeksi sekunder. Nilai cut off IgM ≥ 1,515 dan IgG ≥ 2,034 sebagai prediktor infeksi sekunder memiliki sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 85,7% dan 84,2%; 100% dan 100%. Simpulan. Rasio IgG/IgM ≥ 0,927 tidak dapat digunakan sebagai parameter tunggal prediktor infeksi sekunder sedangkan cut off IgG ≥ 2,034 dapat dipertimbangkan sebagai prediktor infeksi sekunder.