ASAS-ASAS PERJANJIAN SYARIAH PADA AKAD MURABAHAH DALAM BENTUK BAKU

Main Author: ANISYA PERMATASARI, S.H., 031414253028
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/49626/1/abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/49626/2/TESIS%20ICA%20FIX.pdf
http://repository.unair.ac.id/49626/
http://lib.unair.ac.id
Daftar Isi:
  • Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan berdasarkan operasionalnya bank dibedakan menjadi dua, yakni bank konvensional yang berdasarkan pada prinsip bunga dan bank yang berdasarkan prinsip syariah atau yang kemudian lazim dikenal dengan bank syariah. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsipprinsip syariah. Salah satu bentuk penyaluran dana yang paling banyak digunakan oleh bank syariah adalah produk pembiayaan murabahah. Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dan tidak memberatkan kepada calon pembeli. Dalam prakteknya murabahah dituangkan dalam bentuk akad, pada penyusunan akad tidak akan terlepas dari prinsip perjanjian syariah. Seiring berkembangnya dunia bisnis ternyata juga diikuti dengan penggunaan model kontrak yang simple, efisien, dan mampu menampung kepentingan para pelaku bisnis melalui kontrak baku (standard contract). Dengan kontrak baku ini, bank bank syariah telah menyiapkan klausula-klausula baku yang dituangkan dalam suatu kontrak akad pembiayaannya. Hal ini akan menimbulkan masalah yuridis dalam penggunaan kontrak baku (standard contract) yaitu adanya kekuatan tidak seimbang antara pihak bank dengan konsumen. Didalam suatu kontrak syariah suatu akad harus memenuhi asas-asas perjanjian syariah. Ketika asas-asas perjanjian syariah tersebut tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan batal atau tidak sahnya akad yang dibuat. Dari hal tersebut muncul isu hukum mengenai urgensi akad murabahah dibuat dalam bentuk baku dan mengenai pencerminan asas-asas perjanjian syariah dalam akad murabahah.