“REPRESENTASI GAYA HIDUP KONSUMTIF DALAM FILM CONFESSIONS OF SHOPAHOLIC”

Main Author: Flavia Celly Jatmiko, 071211533031
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/46733/1/abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/46733/2/SKRIPSI%20FLAVIA.pdf
http://repository.unair.ac.id/46733/
http://lib.unair.ac.id
Daftar Isi:
  • Penelitian ini berfokus pada representasi gaya hidup konsumtif dalam film “confessions of shopaholic”. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena minimnya kajian mengenai gaya hidup konsumtif di Indonesia, terlebih yang direpresentasikan melalui film.. Penelitian yang menggunakan film “confessions of shopaholic” menggunakan analisis semiotik oleh John Fiske. Peneliti memilih film ini karena didalam film ini banyak mendiskripsikan gaya hidup konsumtif dalam kehidupan sehari-hari. Representasi tersebut banyak ditunjukkan melalui dialog, pakaian, latar tempat, dan pengambilan gambar Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan metode analisis semiotik oleh John Fiske sebagai tinjauannya. . Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni film dan representasi, semiotika dalam film, dan gaya hidup konsumtif. Peneliti memilih teori semiotik karena semiotik merupakan suatu ilmu analisis tanda atau studi tentang bagaimana sistemn penandaan berfungsi untuk menggali sebuah makna. Peneliti mendeteksi dan mengumpulkan dialog, latar tempat, latar suara, pakaian dan scene-scene pada film “confessions of shopaholic”. peneliti juga mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan penelitian. Film confessions of shopaholic menunjukkan representasi gaya hidup konsumtif melalui tokoh “Rebecca”. Kesimpulan yang didapatkan dari analisis film tersebut menemukan bahwa gaya hidup konsumtif merupakan bagian dari usaha memenuhi keinginan dan menunjukkan eksistensi diri namun dilakukan secara berlebihan melalui tokoh Rebecca. Terjabarkan bahwa orang yang bergaya hidup konsumtif ditandai oleh kehidupan yang terlihat serba mewah yang berlebihan. Bahwa hal yang paling mahal dapat memberikan kepuasan dan kenyamanan. Kepemilikkan barang bermerek dianggap erat kaitannya dengan pembentukkan identitas diri dan status sosial.