SOLILOKUI WAKTU LUANG Sebuah Praktik “Anggota” Budaya Populer dan Diskursus Konsumtivisme

Main Author: Nugroho Rinadi Pamungkas, 071114027
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/45846/1/abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/45846/2/PERPUSTAKAAN%20UNAIR_SOLILOKUI%20WAKTU%20LUANG_NUGROHO%20RINADI%20PAMUNGKAS_2016.pdf
http://repository.unair.ac.id/45846/
http://lib.unair.ac.id
Daftar Isi:
  • Penelitian ini bertujuan untuk memahami kualitas praktik penggunaan waktu luang generasi muda di Kota Surabaya berdasarkan penalaran praktis mereka. Fokus penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk penggunaan waktu luang dan bagaimana refleksivitas mereka terhadap waktu luang secara etnometodologis. Analisis dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi etnometodologis. Konsep-konsep seperti waktu luang, generasi muda, dan budaya populer dengan demikian juga diwarnai secara etnometodologi yang agak berbeda dengan penjelasan-penjelasan yang ada selama ini. Penjelasan teoretik juga meminjam konsep “detraumatisasi” oleh Fransisco Budi Hardiman dan “simulasi” Jean P. Baudrillard. Tema-tema yang mengemuka dalam konteks bentuk-bentuk penggunaan waktu luang antara lain adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan budaya populer seperti mendengarkan musik, shopping, menonton televisi dan film, membaca artikel berita cetak dan online, berpacaran, bahkan tidur. Penyebutan disini jelas meredusir makna-makna yang dikonstruksikan anggota, dimana hal itu tereksplorasi dalam accountability mereka. Sementara refleksivitas waktu luang para anggota tercermin melalui asumsi bahwa terlibat dalam penelitian ini (berpartisipasi dalam proses wawancara) juga merupakan penggunaan waktu luang, di samping memetakan pemaknaan mereka masing-masing terhadap definisi waktu luang dan pentingnya waktu luang bagi mereka. Pada gilirannya, penelitian ini menunjukkan bahwa refleksivitas utama dari para anggota disolilokuikan dengan “melupakan sekaligus mengingat waktu luang” yang kemudian dikonsepkan sebagai simulasi detraumatisasi kontinu