KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PERKAWINAN CAMPURAN MASYARAKAT SUKU SASAK DENGAN WARGA NEGARA ASING DI PULAU LOMBOK

Main Author: NOVITA MAULIDA, 071414853036
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2016
Subjects:
etc
Online Access: http://repository.unair.ac.id/45692/1/ABSTRAK.pdf
http://repository.unair.ac.id/45692/2/TSK.22-16%20Mau%20k.pdf
http://repository.unair.ac.id/45692/
http://lib.unair.ac.id
Daftar Isi:
  • Penelitian ini menekankan pada kegiatan komunikasi yang terjadi dalam Perkawinan Campuran antara Suku Sasak di Pulau Lombok dengan warga negara asing. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, digunakan tradisi fenomenologi yang fokus pada pengalaman seseorang, termasuk pengalamannya dengan orang lain, sehingga teori komunikasi antarbudaya lebih dapat dipahami dengan mudah. Obyek penelitiannya adalah tiga pasang informan yang melakukan perkawinan campuran di Pulau Lombok. Dengan beragam variasi dan latar belakang. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan perbandingan dalam mencari dan mengungkap pengalaman setiap individu. Kemudian akan didapat temuan-temuan yang dapat menjadi sumbangan dalam tema komunikasi antarbudaya konteks perkawinan campuran. Menghadapi persoalan komunikasi antarbudaya, dalam konteks perkawinan campuran, stereotip dapat mempengaruhi penilaian keluarga besar terhadap seseorang yang akan dijadikan pendamping hidup. Diperlukan komitmen luar biasa oleh pasangan perkawinan campuran, sehingga segala bentuk kesalahpahaman dapat lebih mudah teratasi. Termasuk ketika masing-masing pihak melakukan penyesuaian agar perkawinan dapat terjadi dan mendapat lampu hijau dari keluarga besar. Persoalan kedua adalah latar belakang personal atau individu pelaku perkawinan campuran. Mayoritas pasangan yang memutuskan melakukan perkawinan campuran harus memiliki pola pikir terbuka terhadap budaya yang dibawa oleh pasangannya, termasuk kepercayaan, nilai dan norma. Jika kedua pihak tidak memiliki pola pikir terbuka, akan terjadi pemaksaan kehendak untuk mempraktikkan kepercayaan, nilai dan norma yang dianut oleh pasangannya, sehingga kemungkinan langgengnya sebuah perkawinan tidak akan tercapai. Setiap pasangan berusaha mengambil keputusan dalam pemecahan masalah tidak berlandaskan keputusan emosional pribadi, melainkan keputusan rasional yang dapat digunakan sebagai jalan keluar.