PERBEDAAN POLA KONSUMSI, TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI, RIWAYAT PEMBERIAN ASI SERTA PENYAKIT INFEKSI PADA BALITA STUNTING DAN NON STUNTING (STUDI DI KELURAHAN KEJAWAN PUTIH TAMBAK SURABAYA)
Main Author: | RETTY ANISA DAMAYANTI, 101411223019 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/45648/1/ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/45648/2/FKM.%20213-16%20Dam%20p.pdf http://repository.unair.ac.id/45648/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Stunting merupakan proses akumulatif dan disebabkan oleh asupan zat-zat gizi yang tidak cukup dalam jangka panjang atau penyakit infeksi yang berulang atau keduanya, pola konsumsi dan pemberian ASI yang tidak sesuai. Dampak dari stunting adalah peningkatan mortalitas dan morbiditas, penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa, peningkatan risiko obesitas, penurunan kesehatan reproduksi, penurunan kapasitas belajar, dan kapasitas kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan pola konsumsi, tingkat kecukupan zat gizi, riwayat pemberian ASI serta penyakit infeksi pada balita stunting dan non stunting Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada 113 balita di Kelurahan Kejawan Putih Tambak Surabaya yang terdiri dari 27 balita stunting dan 86 balita non stunting. Subyek penelitian diambil dengan cara simple random sampling. Variabel penelitian adalah pola konsumsi energi, protein, zinc dan zat besi, tingkat kecukupan energi, protein, zinc dan zat besi, riwayat pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi dan status gizi indicator TB/U. Hasil penelitian menunjukkan adanaya perbedaan antara balita stunting dan non stunting dalam jumlah konsumsi energi, protein, zinc dan zat besi (p=0,000), perbedaan tingkat kecukupan energi (p=0,000), protein (p=0,042), zinc (p=0,000) dan zat besi (p=0,009), perbedaan riwayat pemberian ASI (p=0,003) serta perbedaan riwayat penyakit infeksi (p=0,002). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah balita non stunting memiliki pola konsumsi yang lebih beragam serta jumlah konsumsi bahan makanan sumber protein, zinc dan zat besi yang lebih besar dibandingkan balita stunting. Balita yang tidak pernah mendapatkan ASI, balita yang mendapatkan ASI non eksklusif, balita yang memiliki tingkat konsumsi inadekuat, balita yang mengalami penyakit infeksi memiliki risiko lebih besar untuk stunting. Untuk meningkatkan cakupan ASI, mencegah pemberian MP ASI dini dan meningkatkan variasi makanan balita, diharapkan Puskesmas melakukan penyuluhan rutin yang dipadu dengan cooking class dengan tema ASI, MP ASI dan makanan sehat balita.