KONSTRUKSI SOSIAL ZIARAH KUBUR DI MAKAM GUS DUR (STUDI DI MAKAM PONDOK PESANTREN TEBUIRENG KABUPATEN JOMBANG)
Main Author: | NABILA ROSHANBAHAR, 071211433025 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/45243/1/ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/45243/2/FIS.S.72-16%20Ros%20k.pdf http://repository.unair.ac.id/45243/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Masyarakat berduyun-duyun melakukan ziarah ke makam Gus Dur, sejak dimakamkan di Makam Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Ziarah kubur sudah menjadi salah satu tradisi sebagai bentuk menghormati tokoh yang memiliki jasa dan karya bermanfaat bagi masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana masyarakat mengkonstruksi ziarah kubur di Makam Gus Dur dan mengetahui orientasi tindakan sosial masyarakat dalam melakukan ziarah kubur di Makam Gus Dur. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruksi sosial dari Peter L. Berger dan Thomas Luckmann serta teori Tindakan Sosial dari Max Weber. Paradigma yang digunakan adalah definisi sosial dengan menggunakan data kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Makam Gus Dur Tebuireng Jombang dengan informan sembilan orang, dipilih dengan menggunakan teknik purposive pada peziarah dilihat dari usia, jenis kelamin, dan latar belakang pekerjaan. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bagi masyarakat umum tradisional mengkonstruksi ziarah kubur di Makam Gus Dur untuk mendoakan para alim ulama supaya mendapatkan berkah dan melatih ketauhidan (tindakan tradisional). Bagi masyarakat keturunan Tionghoa mengkonstruksi sebagai bentuk timbal balik kepada Gus Dur karena jasa beliau semasa hidup (rasional orientasi nilai etika). Bagi masyarakat birokrat mengkonstruksi sebagai program pemerintah memfasilitasi kelompok NU yang memiliki tradisi ziarah kubur dan menarik wisatawan (rasional instrumental ekonomi). Bagi masyarakat santri mengkonstruksi untuk berdoa dan mengingatkan kematian (rasional instrumental agama). Bagi tokoh masyarakat santri (Kyai) mengkonstruksi untuk memetik hidayah (ihtida’) dan meneladani pemikiran tokoh itu (iqtida’) (orientasi nilai religius). Bagi masyarakat santri non NU mengkonstruksi untuk silahturahmi dan penghormatan masyarakat terhadap sosok pemimpin (rasional orientasi nilai etika).