PENGARUH STATUS WANITA TERHADAP PENERIMAAN NORMA KELUARGA KECIL (NKK)
Main Authors: | Ida Bagus Wirawan, Drs., MS, Bagong Suyanto, Drs., Daru Priyambodo, Drs., Harnani Hurustiati, Dra. |
---|---|
Format: | Lainnya NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
UNIVERSITAS AIRLANGGA
, 1998
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/42114/1/gdlhub-gdl-res-2014-wirawanida-32398-8.babi-.pdf http://repository.unair.ac.id/42114/2/gdlhub-gdl-res-2014-wirawanida-32398-full%20text.pdf http://repository.unair.ac.id/42114/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Dari uraian-uraian pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan pokok sebagai berikut: Yang pertama, bahwa antara wanita yang bekerja (public role) dengan wanita yang bukan pokerja (domestic role) terdapat perbedaan dalam penerimaan mereka terhadap program KB, terutama program NKKBS(Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera). Kedua, pada wanita yang bekerja (public role), umumnya mereka lebih menerima program NKKBS jika d1bandingkan wanita yang bukan pekerja (domestic role). Kecenderungan bahwa wanita yang bekerja (public role) lebih menerima program KB terutama program NKKBS, disebabkan para wanita yang bekerja umumnya merasa dengan banyak anak akan menganggu kesejahteraan keluarga mereka, baik dalam hal ekonomi (karena mesti cuti hamil) maupun dalam hal kelanggengan pekerjaan mereka. Bukan rahasia lagi, jika wanita minta ijin cuti hamil, akan lebih besar kemungkinannya 'cuti' selamanya daripada kemungkinan bisa kembali bekerja pada tempat kerja semula. ketiga, salah satu variabel yang menyebabkan keluarga yang istrinya bekerja cenderung memilih jumlah anak yang lebih sedikit dibandingkan keluarga yang istrinya tidak bekerja, adalah berkaitan dengan peranan si istri dalam proses pengambilan keputusan keluarga. Dalam penelitian ini ditemukan data, bahwa untuk istri yang bekerja, umumnya mereka lebih diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan keluarga, baik yang menyangkut pemilihan metode kontrasepsi, jumlah anak, maupun jarak kelahiran. sedangkan untuk istri yang bukan pekerja, umumnya peranan mereka dalam proses pengambilan keputusan keluarga relatif lebih lemah, sehingga kalau pun secara pribadi mereka menginginkan jumlah anak sedikit, atau keingin lain, tetapi kalau sang suami menginginkan lain. maka istri yang bukan pekerja tersebut akan cenderung mengalah (kalah?)