FREKUENSI ANTIBODI ANTI VIRUS HEPATITIS E (VHE) POSITIF DAN DETEKSI VIRUS HEPATITIS E PADA BABI DAN MANUSIA DI PALANGKA RAYA, KALIMANTAN TENGAH

Main Author: NAWAN, 011042001
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/37142/2/gdlhub-gdl-s2-2013-nawan-25384-6.abst-k.pdf
http://repository.unair.ac.id/37142/1/gdlhub-gdl-s2-2013-nawan-25384-full%20text.pdf
http://repository.unair.ac.id/37142/
http://lib.unair.ac.id
Daftar Isi:
  • Virus hepatitis E (VHE), agen penyebab infeksi hepatitis E, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di banyak negara berkembang dengan angka morbiditas dan mortalitas, secara keseluruhan diperkirakan antara 1 dan 3%. Di Indonesia pernah terjadi tiga KLB hepatitis E yaitu di Kalimantan Barat dan Jawa Timur. Penduduk Palangka Raya adalah mayoritas dari suku Dayak yang memelihara dan mengkonsumsi daging babi, dimana konsumsi daging babi yang mentah atau kurang matang dapat juga menjadi sumber penularan VHE. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan frekuensi anti-VHE antibodi positif pada babi dan manusia di Palangka Raya dan mendeteksi VHE pada spesimen dari babi dan manusia di Palangka Raya. Jenis dan rancangan penelitian ini adalah deskriptif eksploratif laboratorium dengan rancangan cross sectional study dengan jumlah spesimen dari manusia yang diperlukan adalah sebesar 59 spesimen dan dari babi sebesar 49 spesimen. Pemeriksaan serologis anti VHE dengan menggunakan metode ELISA didapatkan 5 (8,47%) dari 59 spesimen yang berasal dari manusia dimana 14,3% (2/14) anti VHE positif untuk orang yang bekerja di peternakan babi, 28,6% (2/7) anti VHE positif untuk orang yang bekerja sebagai tukang potong/penjual daging babi, 3,7% (1/28) anti VHE positif untuk orang yang memelihara babi di lingkungan perumahan. Sedangkan dari 10 orang yang tinggal jauh dari peternakan dan tidak memelihara babi tidak terdeteksi adanya anti-VHE antibodi (0% ). Kadar anti-VHE positif pada spesimen dari babi sebanyak 28 (57,14%) dari 49 spesimen, dimana anti-VHE positif terdeteksi pada 83,3% (10/12), 70% (7/10), 37,5% (3/8), 80% (8/10) dari masing-masing babi usia 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, dan 6 bulan. Kesimpulan: tingginya prevalensi anti-VHE positif pada babi di Palangka Raya dapat merupakan sumber potensi zoonosis. Jadi perlu ada peraturan dari pemerintah daerah untuk pengaturan peternakan babi yang jauh dari perumahan