HUBUNGAN FAKTOR PENDERITA DAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KELENGKAPAN BEROBAT TB DI KABUPATEN SAMPANG ASRUL SANI
Main Author: | ASRUL SANI, 090310647 M |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2005
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/36169/1/gdlhub-gdl-s2-2006-saniasrul-1995-tkt01--6.pdf http://repository.unair.ac.id/36169/2/gdlhub-gdl-s2-2006-saniasrul-1995-tkt01--6.pdf http://repository.unair.ac.id/36169/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Penyakit Tuberkulosis masih merupakan problem kesehatan masyarakat di Indonesia dan dunia, karena dapat menyebabkan, morbiditas dan kematian yang tinggi. Dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit TB di Indonesia, terdapat suatu masalah yang masih sulit terpecahkan yaitu masih belum diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh dalam keteraturan/ kelengkapan berobat TB. Penelitian ini bertujuan mempelajari faktor yang berhubungan dengan kelengkapan berobat Tuberkulosis yaitu 1) Faktor penderita (umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan, pengetahuan, sikap mobilitas, derajad penyakit dan efek samping) dan 2) faktor pelayanan kesehatan ( penyuluhan, akses obat, ketersediaan obat dan PMO, ketersediaan obat dan akses pemeriksaan dahak). Rancangan penelitian ini menggunakan desain case control.Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi hasii pengobatan TB di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) se Kabupaten Sampang mulai bulan April sampai dengan Agustus 2004. Kelompok kasus sebanyak 43 pasien yang tidak berobat lengkap dan kelompok kontrol sebanyak 43 penderita yang berobat lengkap. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisa dengan menggunakan uji multiple logistic regression. Hasilnya, dari 86 sampel dan 10 variabel independen ditemukan 2 variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kelengkapan berobat. Resiko berobat tidak lengkap untuk yang bersikap kurang 4, 265 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang bersikap baik. Resiko berobat tidak lengkap penderita yang akses pemeriksaan dahaknya jauh 4,05 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang akses pemeriksaan dahaknya dekat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor resiko untuk berobat lengkap adalah sikap dan akses pemeriksaan dahak. Probabilitas untuk berobat tidak lengkap pada penderita yang sikapnya kurang dan akses pemeriksaan dahaknya jauh adalah 82,7%.