EFEK PROTEKSI EKSTRAK BUAH MERAH ( Pandanus Conoideus Lam) TERHADAP STRES OKSIDATIF DI ERITROSIT Rattus Norvegicus GALUR Wistar YANG TERPAPAR ASAP ROKOK KRETEK: PENELITIAN EKSPERIMENTAL LABORATORIS
Main Author: | SYAMSULINA REVIANTI, 090314978 M |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2005
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/36112/1/gdlhub-gdl-s2-2006-reviantisy-1904-tkd030-k.pdf http://repository.unair.ac.id/36112/2/gdlhub-gdl-s2-2006-reviantisy-1904-tkd0306.pdf http://repository.unair.ac.id/36112/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Stres oksidatif adalah kondisi gangguan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Stres oksidatif dapat timbul salah satunya karena paparan asap rokok. Asap rokok mengandung radikal bebas dan substansi yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas merupakan oksidan yang berbahaya karena memiliki sifat yang sangat reaktif (cenderung untuk menarik elektron) dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal. Eritrosit memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai transporter oksigen. Paparan asap rokok kretek terbukti dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang ditandai dengan peningkatan kadar MDA dan penurunan aktivitas SOD serta penurunan kadar GSH di eritrosit tikus Wistar. Buah merah (Pandanus conoideus Lam) mengandung senyawa aktif yang berfungsi sebagai antioksidan dalam kadar tinggi, diantaranya karoten, betakaroten, dan tokoferol serta vitamin C, yang mempunyai peranan penting dalam meredam dampak negatif radikal bebas dan oksidan. Penelitian eksperimental laboratoris kali ini bertujuan untuk mengetahui efek proteksi ekstrak buah merah (Pandanus conoideus Lam) terhadap stres oksidatif di eritrosit yang terpapar asap rokok kretek. Penelitian ini dilakukan di Bagian Farmakologi Universitas Brawijaya, dengan menggunakan 30 ekor tikus Wistar jantan, usia 3 bulan, berat badan 200 gr yang dibagi dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus Wistar. K adalah kelompok kontrol negatif dan P1 adalah kelompok kontrol positif. P2 adalah kelompok yang diberikan paparan asap rokok dan ekstrak buah merah dosis 0,1 ml/hari selama 1 bulan. P3 adalah kelompok yang diberikan paparan asap rokok dan ekstrak buah merah dosis 0,3 ml/hari selama 1 bulan. P4 adalah kelompok yang diberikan paparan asap rokok dan ekstrak buah merah dosis 0,5 ml/hari selama 1 bulan. Kadar MDA eritrosit diukur dengan protokol Flower, aktivitas SOD eritrosit diukur dengan protokol Wong, dan kadar GSH eritrosit diukur dengan protokol Anderson. Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik diskriptif, MANOVA dan LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok kretek dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang ditandai dengan peningkatan kadar MDA (P1=0,9933±0,14123 μmol/gHb) dan penurunan aktivitas SOD (P1=0,4007±0,05796 gU/gHb) dan kadar GSH eritrosit (P1=0,2717±0,02919 μM'gHb) dibanding kelompok kontrol (K=0,0550±0,02429 μmol/gHb;1,3752±003739 μ.U/gHb; 0,9247+0,09573 μM/gHb). Sedangkan pemberian ekstrak buah merah dapat menurunkan kadar MDA (P2=0,5900+0,07294; P3=0,4067+0,06408; P4=0,2233±0,03670 μmol/gHb) dan meningkatkan aktivitas SOD (P2=0,6398+0,10070; P3=0,8650+0,061561; P4=1,1728+0,13331 μU/gHb) serta kadar GSH eritrosit (P2=0,3853±0,03182;P3=0,5082±0,03004; P4=0,6662±0,03703 μM/gHb) disbanding kelompok P1(0,9933±0,14123 μmol/gHb;0,4007+0,05796 p.U/gHb;0,2717±0,02919 μM'gHb). Berdasarkan hasil uji MANOVA dan LSD didapatkan hasil bahwa pada masing-masing kelompok baik kadar MDA, aktivitas SOD dan kadar GSH eritrosit terdapat perbedaan secara bermakna (p<0,01). Penurunan kadar MDA dan peningkatan aktivitas SOD serta kadar GSH eritrosit seiring dengan peningkatan dosis pemberian buah merah. Pemberian ekstrak buah merah dosis 0,5 ml/hari (kelompok P4) mengakibatkan penurunan kadar MDA eritrosit (0,78%) dan peningkatan aktivitas SOD (1,93%) serta peningkatan kadar GSH eritrosit (1,45%) yang lebih baik dibandingkan kelompok P2 dan P3. Pemberian ekstrak buah merah tidak mempengaruhi kadar Hb eritrosit (12,170±0,278 glml). Hal ini tampak dari data kadar Hb pada masing-masing kelompok perlakuan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,01). Selain itu pemberian ekstrak buah merah dapat meningkatkan berat badan tikus Wistar, terlihat dari adanya peningkatan berat badan tikus Wistar yang bermakna (p<0,01) sesudah perlakuan dibandingkan dengan sebelum perlakuan. Berdasarkan data hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak buah merah mampu mengurangi terjadinya stres oksidatif di eritrosit tikus Wistar yang terpapar asap rokok kretek, tidak mempengaruhi kadar Hb eritrosit, serta menyebabkan peningkatan berat badan tikus Wistar yang terpapar asap rokok kretek.