Daftar Isi:
  • Perkembangan kesusastraan di Jepang sudah mulai sejak abad ke-7 saat cendekiawan Jepang dikirim ke negara Cina untuk belajar berbagai budaya dan literatur. Sejak saat itu Jepang melahirkan berbagai macam karya sastra, Salah satunya adalah haiku. Haiku adalah puisi klasik Jepang yang memiliki struktur yang pendek. Salah satu tokoh penyair haiku pada zaman Edo adalah Matsuo Basho. Matsuo Basho sering melakukan perjalanan menjelajahi daerah-daerah di Jepang dan membuat beberapa buku berdasarkan perjalanan tersebut. Salah satu bukunya adalah Oku no Hosomichi, yang di dalamnya berisikan catatan perjalanan Basho ke bagian utara Jepang. Selain catatan perjalanan, di dalamnya Basho juga menuliskan banyak haiku. Haiku karyanya selalu identik dengan penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan keindahan alam. Namun dibalik itu, haiku karya Basho memiliki makna-makna tersirat yang dapat ditelaah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna tersirat pada haiku dalam Oku no Hosomichi. Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik dengan menggunakan teori semiotika dari Charles Sanders Peirce, yaitu dengan menggunakan segitiga triadik untuk menentukan interpretasi dari haiku. Selain itu penulis juga mengklasifikasikan simbol-simbol yang bisa ditemukan dalam haiku. Dalam penelitian ini penulis akan mengambil 5 haiku karya Matsuo Basho yang ia tulis saat musim panas untuk dianalisis, karena pada musim panas Basho menuliskan banyak sekali haiku dengan makna-makna yang beragam. Dari hasil penelitian didapatkan beberapa interpretasi dari makna tersirat dalam haiku Matsuo Basho antara lain adalah adanya makna tentang keagamaan, moralitas, hingga makna yang menggambarkan perasaan penyair.