USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU VENTURA FULL BLACK DENGAN MENGGUNAKAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) (Studi Kasus Di Pt. Brodo Ganesha Indonesia)

Main Authors: FAHRIZAL SEPTIAN NUGROHO, 143010220, Putri Mety Zalynda, DS, CHEVY HERLI SUMERLI, DS
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.unpas.ac.id/41018/1/LAPORAN%20TUGAS%20AKHIR%20FAHRIZAL%20SEPTIAN%20NUGROHO%20%28143010220%29.pdf
http://repository.unpas.ac.id/41018/
http://teknik.unpas.ac.id
Daftar Isi:
  • PT. Brodo Ganesha Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang industri sepatu dan aksesoris. Saat ini PT. Brodo Ganesha Indonesia sedang menghadapi permasalahan kualitas, dimana produk sepatu yang defective masih cukup tinggi. Hal tersebut terjadi disebabkan kegagalan yang terjadi pada proses produksi yang idealnya kegagalan tersebut terdeteksi pada saat proses produksi. Untuk mengurangi timbulnya produk yang defective, perlu dilakukannya pengendalian kualitas mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk akhir, sehingga permasalahan kualitas yang timbul dapat secara cepat dan efektif untuk dilakukannya perbaikan. Saat ini perbaikan yang dilakukan perusahaan hanya menganalisis penyebab kegagalan yang kemudian melakukan perbaikan untuk masalah yang terjadi. Perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan masih bersifat perbaikan yang dilakukan apabila terjadi permasalahan, sehingga kegagalan yang sama masih dapat terulang. Oleh sebab itu, diperlukan suatu rencana perbaikan yang berkelanjutan. Jenis defective yang terpilih berdasarkan diagram pareto pada proses jahit upper terdiri dari kulit bolong, kulit sobek, dan jahitan terputus yang menjadikannya sebagai modus kegagalan potensial yang terjadi pada sepatu ventura full black. Perlu diketahui faktor prioritas perbaikan terhadap kegagalan proses dengan menggunakan failure mode and effect analysis (FMEA) yang bertujuan untuk menghilangkan potensial failure. Dalam melakukan perbaikan kualitas, dapat dilihat dengan melakukan perhitungan risk priority number (RPN). Nilai RPN diperoleh berdasarkan faktor severity, occurrence dan detection. Diketahui nilai RPN dari ketiga modus kegagalan potensial yaitu kulit bolong 72, kulit sobek 48, dan jahitan terputus 12. Usulan perbaikan yang dilakukan didasarkan dari ranking tertinggi dari hasil perhitungan RPN yaitu kulit bolong dengan usulan perbaikan maintenance mesin 2 minggu sekali, pembersihan mesin khususnya komponen feed dogs setiap pergantian shift kerja, pemberian pelumas pada drat pengunci needle bar, penambahan klep pada sambungan antara penggerak needle bar dengan needle bar, pemberian gel pelumas pada sumbu putar bobbin, penempatan bobbin dan bobbin case yang renggang pada setiap sisi, pembersihan bobbin case dua minggu sekali. Perbaikan secara berkelanjutan dilakukan dengan melihat faktor mana saja yang belum diteliti. Kata Kunci: Quality Improvement, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), Risk Priority Number (RPN), 5W1H