Daftar Isi:
  • Pada umumnya industri tekstil menggunakan zat warna reaktif sebagai zat warna untuk pewarnaan bahan tekstilnya. Zat warna yang sering digunakan adalah zat warna biru seperti Colour Index Reactive Blue 5 (CIRB 5) yang merupakan zat warna reaktif antrakinon yang ditandai dengan adanya ikatan ganda oksigen. Air limbah berwarna dari industri tekstil dalam hal ini limbah warna CIRB 5 berpotensi untuk diolah secara biologi dengan memanfaatkan mikroorganisme, dalam keadaan aerob maupun anaerob. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya kandungan materi organik dalam limbah warna sebagai akibat dari proses industri, dimana materi organik dalam air limbah akan mengalami penguraian (mineralisasi) menjadi produk yang paling sederhana. Untuk mengolah limbah warna CIRB 5, telah dilakukan penelitian menggunakan bioreaktor Sequencing Batch Biofilm Reactor (SBBR) skala laboratorium. Pada tahap reaksi SBBR dilakukan proses aerasi, anoksik dan reaerasi. Dimana pada proses reaerasi diharapkan terjadi mineralisasi materi organik. Materi organik yang mengandung karbon (C), nitrogen (N) dan sulfur (S) pada proses mineralisasi akan menghasilkan materi anorganik baik di lingkungan aerobik maupun anaerobik. C organik pada lingkungan aerob akan menjadi CO2 dan pada lingkungan anaerob menjadi CH4. N organik pada lingkungan aerob menjadi NO3- (nitrat) dan pada lingkungan anaerob menjadi NH3. S organik pada lingkungan aerob menjadi SO4= (sulfat) dan pada lingkungan anaerob menjadi H2S. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap proses mineralisasi yang terjadi dengan cara mengidentifikasi gas CO2, NH3 dan H2S. Dimana timbulnya gas-gas tersebut menunjukkan bahwa proses mineralisasi telah selesai. Pada konsentrasi warna 80 mg/L, konsentrasi CO2 saat aerasi sebesar 9328 μg, saat anoksik 4158 μg dan saat reaerasi sebesar 10727,2 μg. Konsentrasi NH3 saat aerasi sebesar 2,4762 μg, saat anoksik sebesar 3,0794 μg dan saat reaerasi sebesar 1,4286 μg. Sedangkan konsentrasi H2S saat aerasi sebesar 7,0116 μg, saat anoksik 1,3679 μg dan saat reaerasi sebesar 1,9853 μg. Pada konsentrasi warna 100 mg/L, konsentrasi CO2 saat aerasi sebesar 8395,2 μg, saat anoksik sebesar 5346 μg dan saat reaerasi sebesar 9328 μg. Konsentrasi NH3 saat aerasi sebesar 2,3492 μg, saat anoksik sebesar 3,8730 μg dan saat reaerasi sebesar 3,9048 μg. Sedangkan konsentrasi H2S saat aerasi sebesar 1,2557 μg, saat anoksik sebesar 0,1228 μg dan saat reaerasi sebesar 2,7289 μg. Pada konsentrasi warna 60 mg/L, konsentrasi CO2 saat aerasi sebesar 8861,6 μg, saat anoksik sebesar 4752 μg dan saat reaerasi sebesar 11193,6μg. Konsentrasi NH3 saat aerasi sebesar 488,8889 μg, saat anoksik sebesar 29,0476 μg dan saat reaerasi sebesar 530,1587 μg. Sedangkan konsentrasi H2S saat aerasi sebesar 3,9986 μg, saat anoksik sebesar 0,5612 μg dan saat reaerasi sebesar 2,1466 μg.