IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH PERMANEN ARBITRASE DI DEN HAAG TAHUN 2016 TERHADAP DINAMIKA KONFLIK LAUT CHINA SELATAN, STUDI KASUS: FILIPINA-TIONGKOK

Main Author: RD. YUDHI SETYA MIFTAHUDIN, 132030071
Format: Thesis NonPeerReviewed Book Image
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.unpas.ac.id/31742/1/COVER.docx
http://repository.unpas.ac.id/31742/1/ABSTRAK.docx
http://repository.unpas.ac.id/31742/1/BAB%20II.docx
http://repository.unpas.ac.id/31742/1/DAFTAR%20PUSTAKA.docx
http://repository.unpas.ac.id/31742/2/BAB%20I.docx
http://repository.unpas.ac.id/31742/2/2017-11-01%2014-44-20_0159.jpg
http://repository.unpas.ac.id/31742/
Daftar Isi:
  • Permanent Court of Arbitration (PCA) telah mengeluarkan putusanya pada July 2016 dan menetapkan bahwa klaim nine dash line Tiongkok yang di landaskan pada aspek historis tidak dapat dibenarkan. Ketetapan tersebut di buat setelah Filipina mengajukan keberatan atas pelanggaran territorial oleh Tiongkok. Pemutusan oleh PCA memberikan pengaruh terhadap perkembangan dinamika konflik di Laut China Selatan, dimulai dari hasil putusan PCA yang tidak ditaati oleh Tiongkok, Tiongkok tetap melakukan pelanggaran-pelanggaran teritori di kawasan LCS, Respon ASEAN terhadap konflik kedua negara (Filipina-Tiongkok) atas kedaulatan teritori di Laut China Selatan, putusan perkara oleh PCA yang menunjukan bahwa ASEAN tidak dapat menjadi batu pijakan oleh Filipina untuk mempertahankan territorinya, hingga kepada perubahan arah kebijakan Filipina di bawah kepemimpinan Duterte yang mempengaruhi dinamika hubunganya dengan Tiongkok. Maka dari itu, skripsi ini akan membahas mengenai bagaimana perkembangan dinamika konflik Laut China Selatan pasca putusan PCA dan melihat bagaimanahubungan kedua negara, Filipina-Tiogkok, di Laut China Selatan. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah mentode deskriptif analisis, yaitu metode penelitian yang menggambarkan kejadian atau peristiwa dengan data, fakta, dan kejadian yang sedang berlangsung guna menghasilkan suatu hasil fenomena yang sedang diselidiki. Dengan hasil pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa meskipun laporan PCA telah dikeluarkan, Tiongkok menolak hasil putusan tersebut dengan alasan tidak mempunyai yurisdiksi yang jelas dan Tiongkok tetap pada posisinya. Selain itu, hasil putusan ini juga mempengaruhi dinamika konflik LCS, hal tersebut dapat dilihat dari pengoptimalisasian DoC dan CoC, perubahan arah kebijakan Filipina yang juga memperngaruhi hubunganya dengan Tiongkok, dan respon ASEAN terhadap konflik Filipina-Tiongkok atas LCS. Kata kunci: Permanent Court of Arbitration, DoC dan CoC, nine dash line, ASEAN Filipina-Tiongkok