AKTIVITAS ANTIBAKTERI TUMBUHAN OBAT INFEKSI KULIT KHAS MASYARAKAT NAGARI SIMANAU TERHADAP Staphylococcus aureus DAN METHICILLIN RESISTANT Staphylococcus aureus

Main Author: Yossi, Rahmadeni
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://scholar.unand.ac.id/31963/27/Cover-abstrak.pdf
http://scholar.unand.ac.id/31963/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf
http://scholar.unand.ac.id/31963/3/BAB%20V%20Penutup.pdf
http://scholar.unand.ac.id/31963/4/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
http://scholar.unand.ac.id/31963/5/Yossi%20Rahmadeni_Tesis%20Full.pdf
http://scholar.unand.ac.id/31963/
Daftar Isi:
  • Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi yang mudah ditemukan dan bersifat patogen oportunistik. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada kulit, tulang, paru, jantung, atau infeksi sistemik Terapi yang sering dilakukan terhadap infeksi bakteri adalah dengan pemberian antibiotik. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik menyebabkan sering terjadinya kesalahan yang mengakibatkan munculnya strain-strain bakteri resisten. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan bakteri gram positif yang mempunyai kekebalan terhadap antibiotik methicillin yang tergolong ke dalam golongan beta-laktam. MRSA hanya bisa diterapi dengan antibiotik tertentu dan sangat terbatas. Oleh karena itu, seiring dengan peningkatan kejadian infeksi dan resistensi terhadap MRSA, WHO telah merekomendasikan untuk mulai mencari antibiotik baru dan alternatif pengobatan lain contohnya pengobatan dengan menggunakan obat dari tumbuhan tradisional. Tumbuhan mengandung berbagai golongan senyawa kimia sehingga dapat dijadikan sebagai bahan obat yang mempunyai efek fisiologis terhadap organisme lain. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat berhubungan dengan golongan metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan. Terpenoid, fenolik, dan senyawa yang mengandung nitrogen (alkaloid) merupakan tiga golongan besar metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan dan dapat digunakan sebagai obat. Berdasarkan Laporan Ristoja Provinsi Sumatera Barat (2012), Nagari Simanau yang terletak di Kabupaten Solok merupakan salah satu daerah yang memanfaatkan tumbuhan sebagai obat. Nagari Simanau terletak di ketinggian 688 m diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata 25°C. Di nagari ini masih banyak terdapat pengobat tradisional yang memanfaatkan kekayaan alam berupa tumbuhan hutan. Tumbuhan obat yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obat untuk mengatasi infeksi kulit. Tumbuhan tersebut diantaranya adalah Rhinacanthus nasutus L. (kayu racun), Diplopterygium sp. (pakih galah), Blechnum orientale L. (pakih sipasan), Greenea corymbosa Schum. (rambai-rambai kuau) dan Ageratum conyzoides L. (silameh kambiang). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ekstrak tumbuhan obat infeksi kulit terbaik dalam mengendalikan S. aureus dan MRSA; mengetahui aktivitas fraksi tumbuhan terbaik dalam mengendalikan S. aureus dan MRSA; serta mengetahui nilai MIC dan MBC fraksi tumbuhan terbaik terhadap S. aureus dan MRSA . Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan uji aktivitas antibakteri ekstrak tumbuhan terhadap S. aureus dan MRSA. Tahap kedua uji aktivitas antibakteri fraksi tumbuhan obat terbaik (berdasarkan diameter zona hambat terbesar dari penelitian tahap 1) serta uji konsentrasi hambat minimum dan konsentrasi bunuh minimum fraksi (berdasarkan diameter zona hambat fraksi terbesar) terhadap S. aureus dan MRSA. Penelitian dilakukan pada mulai Maret-Juli 2017 di Laboratorium Biota Sumatera (LBS) dan Laboratorium Riset Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Andalas. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen yang disajikan dalam bentuk tabel dan gambar selanjutnya dipaparkan secara deskriptif. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa ekstrak daun Rhinacanthus nasutus (kayu racun) memiliki aktivitas antibakteri terbaik. Daun R. nasutus mengandung senyawa kimia golongan alkaloid, fenol dan flavonoid. Diameter zona hambat yang terbesar adalah 26,2 mm terhadap S. aureus dan 17,90 mm terhadap MRSA. Ekstrak daun R. nasutus difraksinasi untuk mendapatkan fraksi terbaik dalam mengendalikan S. aureus dan MRSA. Fraksi terbaik adalah fraksi etil asetat dengan diameter zona hambat terbesar yaitu 27,54 mm terhadap S. aureus dan 26,93 mm terhadap MRSA. Berdasarkan Uji MIC dan MBC dapat disimpulkan bahwa daun R. nasutus hanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji (bakteriostatik) namun tidak mampu membunuh bakteri uji (bakterisida).