Daftar Isi:
  • Ibuprofen merupakan obat NSAID (Non-steroid anti inflammatory drug) yang digunakan sebagai analgetik, antipiretik dan antiinflamasi. Berdasarkan Biopharmaceutical Classification System (BCS) ibuprofen termasuk ke dalam kelas II dengan kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi. Dalam penelitian ini, dilakukan upaya untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari ibuprofen dengan sistem biner. Pembentukan sistem biner ibuprofen menggunakan glisin sebagai zat tambahan dilakukan dengan metode penggilingan (solid state grinding) dan juga dibuat campuran fisiknya. Sistem biner dan campuran fisik dikarakterisasi dengan analisis difraksi sinar-X, FT-IR (Fourtier Transform Infra Red), SEM (Scanning Electron Microscopy), analisis termal DSC (Differential Scanning Calorimetry) dan analisis ukuran partikel. Uji kelarutan dilakukan dalam air suling bebas CO2 menggunakan orbital shaker selama 72 jam dan uji disolusi dilakukan dalam medium dapar fosfat pH 7,2 dengan metode keranjang. Penetapan kadar ibuprofen dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV. Hasil difraktogram sinar-X menunjukan bahwa tidak terbentuk fase kristalin baru (kokristal). Pada analisis FT-IR menunjukkan tidak ada interaksi kimia antara obat dan zat tambahan. Hasil SEM menunjukan adanya perubahan morfologi permukaan dibandingkan dengan komponen murni. Pada analisis termal menggunakan DSC menunjukan bahwa tidak terjadi penurunan titik lebur (eutektik). Analisis ukuran partikel menunjukan terjadinya pengurangan ukuran partikel sistem biner dibandingkan ibuprofen murni. Hasil uji kelarutan ibuprofen murni 68,501 μg/ml; campuran fisik 73,390 μg/ml dan sistem biner 80,531 μg/ml. Hasil uji laju disolusi untuk ibuprofen, campuran fisik dan sistem biner pada waktu disolusi menit ke 60 berturut-turut yaitu 77,693%; 80,907% dan 85,111%.