Daftar Isi:
  • Latar Belakang: Venous thromboembolism (VTE) merupakan penyakit trombosis terbanyak sesudah infark miokard dan stroke. Venous thromboembolism bermanifestasi sebagai DVT atau PE. Di Amerika Serikat, VTE merupakan penyebab kematian terbanyak dengan kejadian DVT sebanyak 200.00 kasus baru tiap tahun dan sekitar 60% disebabkan oleh PE . Bedah ortopedi besar THR dan TKR merupakan risiko tinggi VTE, dengan kejadian sebanyak 50%. Venous thromboembolism pada bedah ortopedi terjadi akibat keadaan hiperkoagulasi dan hipofibrinolitik yang dapat dibuktikan melalui peningkatan aktivitas koagulasi F1+2 dan inhibitor fibrinolitik PAI-1. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas koagulasi dan inhibitor fibrinolitik pada pasien yang menjalani bedah ortopedi. Metode Penelitian: Metode yang digunakan adalah kohort melibatkan 30 pasien bedah ortopedi TKR dan THR, dilakukan pemeriksaan F1+2 dan PAI-1 pada sebelum operasi dan hari ke 3 sesudah operasi. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan. Analisis statistik dengan SPSS 21, signifikan bila p<0,05. Haail Penelitian: Penelitian ini mendapatkan peningkatan aktivitas koagulasi F1+2 sesudah operasi dibandingkan sebelum operasi, di mana kadar rerata F1+2 sebelum operasi 246,71 + 91,48 pmol/L meningkat menjadi 429,65 +143,66 pmol/L sesudah operasi, yang secara statistik perubahan ini signifikan dengan nilai p<0,05. Penelitian ini mendapatkan peningkatan aktivitas inhibitor fibrinolitik PAI-1 sesudah operasi dibandingkan sebelum operasi dengan rerata kadar PAI-1 sebelum operasi 4,99 + 1,28 U/mL meningkat menjadi 8,06 + 2,71 U/mL sesudah operasi Kesimpulan: Terdapat peningkatan yang bermakna aktivitas koagulasi dan inhibitor fibrinolitik pada pasien yang menjalani operasi ortopedi. Kata Kunci : Hiperkoagulasi, hipofibrinolitik, F1+2, PAI-1, bedah ortopedi.