ANALISIS RANTAI NILAI DALAM INDUSTRI PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR (STUDI KASUS KABUPATEN LIMA PULUH KOTA)
Main Author: | GHINA, METAVIA JUNIA PUTRI |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://scholar.unand.ac.id/1161/1/201510280900th_ghina%20metavia%201110932016.pdf http://scholar.unand.ac.id/1161/ |
Daftar Isi:
- Telur dan daging ayam merupakan produk dari industri peternakan unggas yang memiliki permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun., Sumatera Barat merupakan suatu daerah yang menjadikan ayam ras petelur sebagai salah satu komoditas utama. Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu kabupaten dengan jumlah rumah tangga pemelihara ayam ras terbesar di Sumatera Barat. Jumlah populasi ayam ras petelur di Kabupaten Lima Puluh Kota tiap tahunnya mengalami peningkatan, namun tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah rumah tangga pemelihara ayam ras petelur. Turunnya jumlah rumah tangga pemelihara ayam ras petelur disebabkan karena rendahnya harga jual telur yang diterima oleh peternak, sedangkan harga dipasaran yang diterima konsumen sanggat tinggi. Hal ini disebabkan karena pola distribusi pemasaran yang dilakukan peternak di Lima Puluh Kota masih pola distribusi pemasaran tradisional. Oleh karena itu, pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui siapa saja pelaku dari rantai nilai industri peternakan ayam ras petelur (layer) di Kabupaten Lima Puluh Kota dan bagaimana distribusi nilai tambah yang diperoleh masing–masing pelaku dari rantai nilai industri peternakan ayam ras petelur (layer) di Kabupaten Lima Puluh Kota. Salah satu cara untuk mencapai tujuan penelitian adalah dengan melakukan analisis rantai nilai (Value Chain Analysis) dari industri peternakan ayam petelur (layer). Analisis rantai nilai dilakukan untuk mengetahui setiap pelaku dan distribusi nilai tambah dari setiap pelaku. Perhitungan nilai tambah dianalisis menggunakan metode Hayami yaitu nilai tambah merupakan selisih dari nilai output dengan nilai input yang dikeluarkan sedangkan dalam menyamakan nilai perhitungan distribusi nilai tambah, perhitungan dilakukan dengan melakukan ekivalensi melalui populasi ayam (ekor). Hasil penelitian menunjukkan struktur rantai nilai pada industri peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari poultry shop (PS), peternak, pedagang pengumpul (tauke), pedagang besar, pedagang kecil, dan konsumen . Dalam struktur rantai nilai industri peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat sembilan saluran. Perbandingan analisis distribusi nilai tambah menunjukkan bahwa yang memperoleh distribusi nilai tambah terbesar adalah pedagang besar 29,11 %, urutan kedua adalah peternak 29,05 %, lalu pedagang kecil 20,07 %, kemudian poultry shop 14,17 % dan urutan terakhir pedagang pengumpul 7,60 %. Tidak meratanya distribusi nilai tambah disebabkan karena tidak adanya transparansi harga yang disebabkan karena terbatasnya informasi dari setiap pelaku. Kata kunci: metode hayami, nilai tambah, dan rantai nilai