Hubungan Politik Majapahit - Malaya Dalam Teks Melayu Klasik
Main Author: | Azhari, Phil Ichwan |
---|---|
Format: | Monograph PeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Penerbit Adab
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.unimed.ac.id/51938/1/Book.pdf http://digilib.unimed.ac.id/51938/ |
Daftar Isi:
- Teks-teks Melayu kalsik, sudah cukup lama dipahami dengan cara yang keliru oleh banyak sejarawan, baik sejarawan Barat maupun sejarawan dari dunia Melayu. Minimnya dokumen-dokumen otentik Melayu untuk interpretasi tentang kerajaan Melaka abad 16 telah menyebabkan sejarawan terjebak untuk menggunakan teks Melayu klasik seperti Sejarah Melayu (SM), Hikayat Hang Tuah (HHT), serta Hikayat Raja-raja Pasai (HRRP), sebagai dasar untuk mencari fakta historis. Kebanyakan sejarawan moderen yang mendekati teks-teks Melayu klasik membagi dua jenis teks Melayu, yakni pertama teks yang berisi hanya sekedar cerita fantasi yang bercampur dengan dongeng dan kedua, cerita yang memiliki elemen sejarah yang jumlahnya tidak banyak.1 Teks kedua ini dikategorikan sejarawan sebagai teks sastra sejarah, sehingga ada yang dinamakan genre sastra sejarah dan para sejarawan mencari fakta sejarah serta realitas masa lalu yang tersembunyi di dalam teks itu, sekalipun maksud penulisan teks itu bukan untuk menyimpan fakta seperti yang diinginkan sejarawan. Kecenderungan ini terjadi dengan menempatkan pembagian teks sastra klasik berdasar genre, yakni genre sastra sejarah dan sastra bukan sejarah. Konsep genre ini berkembang dalam buku-buku tentang teori sastra Melayu klasik seperti Fang (1992), Djamaris (1990). Pembatasan sastra atas konsep genre ini menurut Junus (1991) merupakan kelemahan di Malaysia dalam menganalisis teks klasik Melayu seperti teks SM. Dengan konsep genre sastra itu teks seperti Sejarah Melayu (SM), Hikayat Raja-raja Pasai (HRRP) ataupun Hikayat Banjar (HB) dimasukkan dalam kategori teks sastra sejarah. Tapi anehnya, teks lain yakni teks Hikayat Hang Tuah (HHT) sekalipun memuat banyak elemen sejarah ataupun episode yang ada dalam SM, teks HHT itu tidak dimaksudkan sebagai genre sastra sejarah. Teuku Iskandar menyebut teks ini sebagai roman sejarah yang bercorak simbolik (Iskandar, 1970 : 39-47)