PERBANYAKAN TANAMAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) CV. DOULU GENERASI MV3 DENGAN KULTUR JARINGAN SUMBER EKSPLAN BULBIL MENGGUNAKAN NAA (NAPTHELENE ACETIC ACID) DAN BAP (BENZYL AMINO PURINE
Main Authors: | Edi, Syahmi, Silalahi, Briana Tarsisia S., Gultom, Tumiur |
---|---|
Format: | Proceeding PeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.unimed.ac.id/45849/1/Cover.pdf http://digilib.unimed.ac.id/45849/2/Daftar%20Isi.pdf http://digilib.unimed.ac.id/45849/3/Text.pdf http://digilib.unimed.ac.id/45849/ |
Daftar Isi:
- Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan komoditas hortikultura yang penting di Indonesia. Bawang putih diketahui memiliki potensi sebagai tanaman obat, kandungan allicin dalam bawang putih dapat menghambat pertumbuhan berbagai macam mikroba. Beberapa varietas unggul bawang putih yang sudah bisa dibudidayakan di Indonesia salah satunya di Sumatra Utara terdapat bawang putih lokal yaitu kultivar Doulu, dimana kultivar ini belum banyak dilaporkan. Bawang putih kultivar Doulu dikenal luas oleh masyarakat karena memiliki rasa yang pedas dan aromanya yang tajam namun memiliki ukuran umbi yang kecil. sehingga dilakukan perbaikan varietas dengan menggunakan iradiasi sinar gamma sampai generasi MV3.. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh komposisi zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan tunas adventif eksplan bulbil G0-G5. Penelitian ini dilakukan di Laboratorim Kultur Jaringan Balai Induk Hortikultura (BIH) pada bulan Februari-Mei. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan 16 Perlakuan. Konsentrasi BAP yang digunakan (0 ppm, 2,5 ppm, 3,5 ppm, 4,5 ppm) dan konsentrasi NAA (0 ppm, 0,5 ppm, 1 ppm, 1,5 ppm) dengan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur yang dilanjutkan dengan uji DMRT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan pada eksplan bulbil G0-G5 konsentrasi terbaik pada parameter hari munculnya tunas adventif diperoleh pada perlakuan yang sama yaitu NAA 0,5 ppm dan BAP 2,5 ppm konsentrasi tersebut menghasilkan waktu inisiasi tercepat munculnya tunas adventif, menghasilkan rata-rata tertinggi tunas adventif dan menghasilkan morfologi tunas berwarna hijau tua dan terlihat segar. Sedangkan parameter jumlah tunas adventif tidak dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh NAA dan BAP.