MAKNA PERSEMBAHYANGAN BELAH (PURNAMA) PADA MASYARAKAT KARO BERAGAMA HINDU DI PURA ARIH ERSADA DESA NAMORUBE JULU KEC KUTALIMBARU
Daftar Isi:
- Penelitian ini bertujuan mengetahui persiapan apa saja yang dibutuhkan untuk melaksanakan Ritual Persembahyangan Belah (Purnama) pada Masyarakat Karo beragama Hindu di Pura Arih Ersada Desa Namurube Julu, Kec. Kutalimbaru, mengetahui rangkain Ritual Persembahyangan Belah (Purnama) pada Masyarakat Karo beragama Hindu di Pura Arih Ersada Desa Namurube Julu, Kec. Kutalimbaru dan mengetahui makna Ritual Persembahyangan Belah (Purnama) pada Masyarakat Karo beragama Hindu di Pura Arih Ersada Desa Namurube Julu, Kec. Kutalimbaru. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa, sebelum melakukan persembahyangan belah (purnama) masyarakat Karo beragama Hindu mula nya mempersiapkan cibal-cibalen atau sesaji sebagai ungkapan terima kasih dan permohonan masyarakat Karo beragama Hindu kepada Sang Hyang Widhi. Ritual Persembahyangan diawali dengan meletakkan cibal-cibalen atau sesaji ke pura tepa di sebelah linggam Pada tahap ini ritual persembahyangan dilanjutkan dengan pembacaan puja puja dengan menggunakan bahasa Karo. Setelah puja puja selesai, persembahayangan di akhiri dengan pinandita kembali memercikkan air suci kepada seluruh umat yang datang. Persembahyangan Belah (purnama) yang dilakukan malam pada saat bulan purnama atau bulan penuh di percaya oleh masyarakat Karo beragama Hindu sebagai Wari Raja atau hari raja atau hari yang baik untuk melakukan persembahyangan. Dimana masyarakat Karo beragama Hindu percaya pada hari itu, para leluhur turun untuk melimpahkan anugerahnya kepada umat manusia. Maka masayarakat Karo beragama Hindu melakukan persembahyangan Belah (purnama) guna mendapatkan limpahan anugerah demi kesejahteraan hidup masyarakat Karo beragama Hindu.