PANDANGAN HIDUP PARMALIM DI DESA HUTATINGGI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR
Daftar Isi:
- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan Parmalim tentang hakikat hidup, pandangan Parmalim tentang hakikat karya, pandangan Parmalim tentang alam dan pandangan Parmalim tentang hakikat hubungan manusia dengan sesamanya. Penelitian ini dilaksanakan di desa Hutatinggi kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir karena Hutatinggi merupakan Pusat aktivitas Parmalim. Parmalim yang tersebar disekitar daerah Laguboti berkumpul di Hutatinggi setiap hari Sabtu yang jumlahnya mencapai sekitar 50 orang untuk “Mararisabtu” (Ibadah rutin). Selain itu, Parmalim juga berkumpul di desa Hutatinggi dalam memperingati “Sipaha Sada” (kelahiran Simarimbulu Bosi) dan “Sipa Lima” (Pesta Panen) yang jumlahnya m, sehingga penulis dapat memperoleh informasi yang akurat terkait pandangan hidup Parmalim. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research) yakni dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya secara langsung dari lapangan, dengan cara observasi, wawancara dengan informan yang memiliki informasi tentang pandangan hidup Parmalim dan Studi pustaka (Library Research) yakni dengan mengumpulkan sumber-sumber tertulis, yaitu berupa buku dan literatur lainnya yang relevan dengan Pandangan Hidup Parmalim di Desa Hutatinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan Parmalim tentang hakikat hidup adalah hidup tidak dapat dimaknai sebagai sesuatu hal yang buruk. Hidup itu baik ataupun buruk merupakan akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Manusia wajib beriktiar supaya hidupnya menjadi baik. Dalam hakikat karya, Parmalim memandang bahwa kerja keras bukan sekedar memenuhi nafkah hidup tetapi merupakan suatu ibadat sebagai pengabdian kepada Tuhan. Tentang alam, Parmalim menganggap itu urusan spiritual masing-masing manusia, namun walaupun demikian seharusnya manusia menjaga dan merawat alam karena merupakan kebutuhan manusia itu sendiri. Pandangan Parmalim tentang hakikat hubungan manusia dengan sesamanya dilandasi falsafah Suhi Ni Ampang Na Opat dan patik. Dimana manusia diharapkan mencintai sesama tanpa pandang bulu.