Daftar Isi:
  • Tor-tor Ilah Mardogei disajikan pada pesta Rondang Bintang. Tor-tor Ilah Mardogei menceritakan tentang kegiatan masyarakat Simalungun pada saat panen raya. Tor-tor Ilah Mardogei diiringi dengan syair lagu yang dilantunkan langsung oleh para penarinya sebagai tempo dari gerak Tor-tor tersebut. Teori-teori yang digunakan dalam penuangan hasil penelitian serta teori pendukung yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu teori bentuk, teori makna, teori simbol, pengertian makna simbol, teori tari, dan pengertian Tor-tor. Waktu penelitian yang digunakan untuk membahas tentang Makna Simbol Tor-tor Ilah Mardogei pada Masyarakat Simalungun dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Desember 2014 sampai bulan Februari 2015. Tempat penelitian adalah di Huta III Silau Malela Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun. Populasi pada penelitian ini adalah warga biasa, tokoh adat, dan seniman-seniman Simalungun.. Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi, yaitu 2 orang seniman dan 2 orang Tokoh Adat yang mengerti dan memahami serta berkecimpung pada Tor-tor Ilah Mardogei. Teknik pengumpulan data meliputi studi kepustakaan, wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang kemudian di analisis dengan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa bentuk dari Tor-tor Ilah Mardogei adalah lima rangkaian gerak yakni, manabi omei, mardogei, manjomur omei, mangipas dan mamurpur omei, dan manunjung omei. Makna yang terdapat dalam Tor-tor Ilah Mardogei termasuk dalam makna mimetik dan metaforik, karena Tor-tor ini menggambarkan tentang kegiatan bertani pada masyarakat Simalungun tepatnya pada saat musim panen. Simbol yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei dapat dilihat dari gerak, musik, dan busana.