Daftar Isi:
  • Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan fungsi dari Tangis Milangi, untuk mengetahui bagaimana mengekspresikan Tangis Milangi pada upacara Mate Ncayur Tua, dan untuk mengetahui apakah ada syair-syair khusus yang diungkapkan pada saat acara kematian Mate Ncayur Tua di Desa Lae Langge Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan wawancara secara mendalam. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori makna (Interaksi Simbolik) dan Teori Fungsional. Informan dalam penelitian ini adalah 2 orang Ibu rumah tangga, 2 orang Nenek, yang pernah melakukan Tangis Milangi dalam upacara Mate Ncayur Tua dan 1 orang mahasiswa Unimed yang mengetahui sedikit hal tentang Tangis Milangi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tangis Milangi yang merupakan salah satu tradisi upacara kematian memiliki makna dan fungsi pada etnis Pakpak. Makna dari tangis milangi adalah pengungkapan perasaan emosional (sedih, kesal, marah) seseorang karena ditinggalkan oleh keluarga atau kerabat. Dalam tangis milangi ada suatu gerakan dimana sipenyaji akan menggerakkan tangannya dari arah si mati dan menuju kea rah jantungnya, hal itu bermakna untuk mengambil berkat dari si mati kepada dirinya ataupun keturunannya. Tangis Milangi mempunyai 2 fungsi yaitu yang pertama fungsi pengungkapan emosional dimana penyaji yang menyajikan tangis milangi akan mengungkapkan rasa emosionalnya dengan menceritakan bagaimana kehidupan simati dulunya dan keluarganya dan semua yang berkaitan dengan si mati baik sifat baiknya bahkan sifat buruknya dan yang kedua yaitu fungsi komunikasi yaitu ketika ada orang yang mendengar suara tangis milangi maka mereka akan mengetahui bahwa di desa tersebut ada yang baru meninggal dunia dan akan segera memberitahukan orang lain disekitarnya bahwa ada yang mengalami kemalangan sehingga orang-orang akan datang untuk melayat serta memberikan penghiburan. Dan tangis milangi diungkapkan secara spontan tanpa adanya persiapan atau seperti menghapal sebuah teks, serta hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menyajikan tangis milangi karena dalam penyajiannya harus menggunakan kata-kata yang khusus dan pemilihan kata yang sopan dalam adat Pakpak