Diplomasi Hibrida: Perempuan Dalam Resolusi Konflik Maluku

Main Authors: Asyathri, Helmia, Sukesi, Keppi, Yuliati, Yayuk
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Program Pascasarjana Universitas Brawijaya , 2014
Online Access: https://ijws.ub.ac.id/index.php/ijws/article/view/104
https://ijws.ub.ac.id/index.php/ijws/article/view/104/98
ctrlnum article-104
fullrecord <?xml version="1.0"?> <dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><title lang="en-US">Diplomasi Hibrida: Perempuan Dalam Resolusi Konflik Maluku</title><creator>Asyathri, Helmia</creator><creator>Sukesi, Keppi</creator><creator>Yuliati, Yayuk</creator><subject lang="en-US"/><description lang="en-US">Keberadaan perempuan diakui oleh masyarakat internasional sangat penting dalam proses penyelesaian konflik, namun menjadi persoalan lain ketika dihadapkan pada pertanyaan &#x201C;dapatkah perempuan berperan sebagai agen resolusi konflik diluar pertemuan formal?&#x201D;. Peneliti berniat menggali aktivitas perempuan di wilayah non-formal, sebagai bentuk Diplomasi Hibrida yang berpengaruh dalam resolusi konflik di Maluku. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif - kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi yang berlokasi di kota Ambon, Maluku.&#xA0; Hasil penelitian ini mengidentifikasi konflik komunal di Maluku sebagai konflik sosial yang berkepanjangan, yang dinamikanya sesuai dengan model Protracted Social Conflict yang dikembangkan oleh Edward Azar. Namun berbeda dengan model Azar yang mainstream dan tidak sensitive gender, penelitian ini memperlihatkan peran perempuan di sektor informal seperti di pasar tradisional mampu mempengaruhi proses resolusi konflik Maluku. Aktifitas Papalele atau perempuan pedagang di kota Ambon, tanpa mereka sadari dapat membantu proses resolusi konflik. Perannya dalam tahapan Peacekeeping, Peacemaking, maupun Peacebuilding menjadikan mereka anomali dalam kajian resolusi konflik dan diplomasi. Dengan demikian, Papalele dan aktifitas perdagangannya di Ambon dapat dikatakan sebagai aktor dan aktifitas Diplomasi Hibrida.Kata Kunci: Diplomasi Hibrida, Resolusi Konflik, Protracted Social Conflict, Papalele, Isu Perempuan</description><publisher lang="en-US">Program Pascasarjana Universitas Brawijaya</publisher><contributor lang="en-US"/><date>2014-08-20</date><type>Journal:Article</type><type>Other:info:eu-repo/semantics/publishedVersion</type><type>Other:</type><type>File:application/pdf</type><identifier>https://ijws.ub.ac.id/index.php/ijws/article/view/104</identifier><source lang="en-US">Indonesian Journal of Women's Studies; Vol 2, No 1 (2014); 18-31</source><source>2338-1779</source><language>eng</language><relation>https://ijws.ub.ac.id/index.php/ijws/article/view/104/98</relation><recordID>article-104</recordID></dc>
language eng
format Journal:Article
Journal
Other:info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Other
Other:
File:application/pdf
File
Journal:eJournal
author Asyathri, Helmia
Sukesi, Keppi
Yuliati, Yayuk
title Diplomasi Hibrida: Perempuan Dalam Resolusi Konflik Maluku
publisher Program Pascasarjana Universitas Brawijaya
publishDate 2014
url https://ijws.ub.ac.id/index.php/ijws/article/view/104
https://ijws.ub.ac.id/index.php/ijws/article/view/104/98
contents Keberadaan perempuan diakui oleh masyarakat internasional sangat penting dalam proses penyelesaian konflik, namun menjadi persoalan lain ketika dihadapkan pada pertanyaan “dapatkah perempuan berperan sebagai agen resolusi konflik diluar pertemuan formal?”. Peneliti berniat menggali aktivitas perempuan di wilayah non-formal, sebagai bentuk Diplomasi Hibrida yang berpengaruh dalam resolusi konflik di Maluku. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif - kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi yang berlokasi di kota Ambon, Maluku. Hasil penelitian ini mengidentifikasi konflik komunal di Maluku sebagai konflik sosial yang berkepanjangan, yang dinamikanya sesuai dengan model Protracted Social Conflict yang dikembangkan oleh Edward Azar. Namun berbeda dengan model Azar yang mainstream dan tidak sensitive gender, penelitian ini memperlihatkan peran perempuan di sektor informal seperti di pasar tradisional mampu mempengaruhi proses resolusi konflik Maluku. Aktifitas Papalele atau perempuan pedagang di kota Ambon, tanpa mereka sadari dapat membantu proses resolusi konflik. Perannya dalam tahapan Peacekeeping, Peacemaking, maupun Peacebuilding menjadikan mereka anomali dalam kajian resolusi konflik dan diplomasi. Dengan demikian, Papalele dan aktifitas perdagangannya di Ambon dapat dikatakan sebagai aktor dan aktifitas Diplomasi Hibrida.Kata Kunci: Diplomasi Hibrida, Resolusi Konflik, Protracted Social Conflict, Papalele, Isu Perempuan
id IOS315.article-104
institution Universitas Brawijaya
affiliation mill.onesearch.id
fkp2tn.onesearch.id
institution_id 30
institution_type library:university
library
library Perpustakaan Universitas Brawijaya
library_id 480
collection Indonesian Journal of Women ́s Studies
repository_id 315
city MALANG
province JAWA TIMUR
shared_to_ipusnas_str 1
repoId IOS315
first_indexed 2016-09-22T20:47:16Z
last_indexed 2021-10-07T06:25:14Z
recordtype dc
_version_ 1800710541265600512
score 16.845257