Adaptasi Perempuan Madura dan Strategi Bertahan Hidup(Survival Strategy) Pasca Konflik Etnis Madura–Sampit (Studi Kualitatif di Desa Maneron, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan-Madura)
Main Authors: | Khoiriyah, Khoiriyah, Indradi, Sjamsiar Sj., Idris, Susrini |
---|---|
Format: | Article info eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Program Pascasarjana Universitas Brawijaya
, 2014
|
Online Access: |
https://ijws.ub.ac.id/index.php/ijws/article/view/101 |
Daftar Isi:
- Penelitian tentang Adaptasi Perempuan Madura dan Strategi Bertahan Hidup (Survival Strategy) Pasca Konflik Etnis Madura–Sampit telah di laksanakan di Desa Maneron, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan pada Februari 2011 sampai dengan April 2012. Strategi survival yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara-cara terbaik yang ditempuh perempuan untuk menyiasati lingkungan pasca konflik etnis, sehingga mampu bertahan hidup (survive) dan mampu menjalani proses kehidupan sebagaimana mestinya. Strategi bertahan hidup yang mereka lakukan dipengaruhi oleh proses adaptasi, kemudian kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Bangkalan, Madura khusus menangani korban konflik etnis Madura–Sampit. Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa proses adaptasi yang dilakukan perempuan Madura bersama keluarga dalam mempertahankan hidup (survival), diantaranya dengan meningkatkan keterlibatan wanita/istri dan anak-anak dalam keluarga untuk menopang ekonomi keluarga, kemudian mereka menggunakan rumah dengan membuka toko makanan, dan pekarangan untuk meningkatkan pendapatan, dengan cara berkebun. Sedangkan kebijakan pemerintah Kabupaten Bangkalan, untuk menangani korban pasca konflik etnis Madura–Sampit, sudah diberhentikan sejak tahun 2007. Kebijakan pemerintah untuk Pengarusutamaan Gender (PUG), pemerintah Bangkalan lebih dikenal dengan sebutan pemberdayaan perempuan. Sosialisasi PUG hanya dilakukan di daerah-daerah pinggir kota, sedangkan untuk daerah pedesaan belum dilakukan sosialisasi, sehingga kebijakan yang ada adalah kebijakan untuk umum. Mengatasi permasalahan tersebut penting untuk melibatkan pakar dalam melaksanakan suatu program kerja, yaitu dengan adanya kerjasama dan networking bersama instansi terkait, misalnya dengan Pusat Studi Wanita dan Gender (PSW&G), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Perguruan Tinggi.Kata Kunci : Adaptasi, Perempuan Madura, Strategi Bertahan Hidup, Konflik Etnis