PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR.) DAN JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA SWINGLE.) SEBAGAI ANTIKONTAMINAN PADA TAHAP INISIASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN NILAM ACEH (POGOSTEMON CABLIN BENTH.)
| Main Author: | Nabila Humaira |
|---|---|
| Format: | |
| Terbitan: |
Fakultas mipa
, 2020
|
| Online Access: |
http://etd.unsyiah.ac.id//index.php?p=show_detail&id=85068 |
Daftar Isi:
- ABSTRAKNilam Aceh (Pogostemon cablin Benth.) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak diperdagangkan didalam dan luar negeri. Minyak nilam (Patchouli oil) berfungsi sebagai bahan fiksatif aroma wewangian. Nilam banyak digunakan pada industri parfum, hair tonic, sabun dan lain sebagainya. Tingginya pemanfaatan nilam mengharuskan perbanyakan nilam dengan bibit unggul dan metode yang relatif cepat untuk memenuhi permintaan pasar akan minyak nilam. Teknik perbanyakan nilam menggunakan kultur jaringan merupakan inovasi yang ditawarkan, akan tetapi kultur jaringan memiliki kendala berupa kontaminasi. Oleh karena itu, upaya pencegahan kontaminasi yang dapat dilakukan adalah penambahan antikontaminan kedalam media inisiasi berupa ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan jeruk siam (Citrus nobilis) dengan beragam konsentasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian 2 jenis jeruk terhadap tingkat kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan Nilam Aceh, serta mengidentifikasi jenis serta konsentrasi yang tepat sebagai antikontaminan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Perkembangan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, mulai bulan Juni sampai Agustus 2020. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu jenis jeruk dan tingkat konsentrasi. Pengambilan data kualitatif berupa deskripsi kondisi eksplan (kontaminasi jamur, kontaminasi bakteri dan eksplan yang tumbuh), sedangkan data kuantitatif berupa persentase jumlah kontaminasi bakteri, kontaminasi jamur dan eksplan yang tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase total kontaminasi jamur sebesar 90 %, kontaminasi bakteri 4 % dan eskplan yang tumbuh 6 %. Hasil analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan pemberian jeruk nipis dan jeruk siam beserta kombinasinya tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan Nilam Aceh. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian jeruk nipis dengan konsentrasi 1,5 mL/L yang ditambahkan kedalam media MS 0 (A0B3) merupakan perlakuan yang paling baik untuk mencegah kontaminasi pada tahap inisiasi Kultur Jaringan Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth.).Kata Kunci : Pogostemon cablin Benth., kultur jaringan, antikontaminan, Citrus aurantifolia, Citrus nobilis, media MS.ABSTRACTPatchouli plant (Pogostemon cablin Benth.) is a commodity that produces essential oils that are traded both domestically and abroad. Patchouli oil works as a fixative fragrance, so patchouli is widely used in the perfume and hair tonic industries. The high utilization of patchouli plants required the multiplication of patchouli plants with superior seeds and relatively fast methods to meet market demand for patchouli oil. Propagation technique used tissue culture is one of the innovations offered, but the technique of propagation through tissue culture is faced with initial Therefore, prevention of contamination that can be done is the addition of anticontaminants into the initiation medium in the form of extracts of lime (Citrus aurantifolia) and conjoined orange (Citrus nobilis) with a variety of concentrations. The purpose of this study was to identify the effect culture, as well as identifying the right type and concentration to minimize the occurrence of contamination. This research was conducted at the Laboratory of Physiology and Plant Development, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, from June to August 2020. This research was designed using a factorial oranges exctract and exctract consentrations completely randomization design. Retrieval of qualitative data in the form of a description of explant conditions (fungal contamination, bacterial contamination and growing explants), while quantitative data in the form of a percentage of the amount of bacterial contamination, fungal contamination and growing explants. The results showed that the percentage of fungal contamination was 90 %, bacterial contamination was 4 % and the growth was 6 %. The results of analysis of variance in 95% confidence intervals showed that the provision of lime and tangerines and their combinations did not significantly affect the level of contamination that occurred in P. cablin Benth. tissue culture. The conclusion of this research is the provision of lime and tangerine as well as their combination with a concentration of 0 mL / L, 0.5 mL / L , 1mL / L,1.5mL / L in P. cablin Benth. tissue culture based on the results of analysis of variance did not significantly affect the level of contamination. Lime with a concentration of 1.5 mL / L added to medium MS 0 (A0B3) is the best treatment to prevent contamination at the initiation stage in tissue culture of Pogostemon cablin Benth.Key words : Pogostemon cablin Benth., tissue culture, anticontaminant, Citrus aurantifolia, Citrus nobilis, MS medium.
- Banda Aceh