Proses Adaptasi Komunikasi Antar Budaya Mahasiswa Toraja dalam Menghadapi Culture Shock di Universitas Kristen Satya Wacana
Main Author: | Juwita, Seprinola |
---|---|
Other Authors: | Suwartiningsih, Sri, Hermanto, Rendy Abraham |
Format: | Thesis application/pdf |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2023
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://repository.uksw.edu//handle/123456789/28670 |
Daftar Isi:
- Mahasiswa yang merantau ke daerah lain tentunya mengharuskan mahasiswa untuk melakukan penyesuaian dengan situasi di lingkungan barunya seperti perubahan iklim, bahasa, makanan, dan budaya sosial lainnya. Perbedaan budaya dan penyesuaian diri terhadap budaya tersebut membuat kebanyakan mahasiswa mengalami keterkejutan sehingga menuntut mahasiswa untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Perbedaan budaya tersebut membuat mahasiswa mengalami keterkejutan budaya atau yang biasa disebut culture shock. Culture shock atau dalam Bahasa Indonesia gegar budaya atau keterkejutan budaya akan dialami oleh suatu individu apabila ia memasuki lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses adaptasi komunikasi antar budaya yang dilakukan mahasiswa asal Toraja dalam menghadapi culture shock di Universitas Kristen Satya Wacana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara dan studi kepustakaan. Adapun hasil penelitian yang telah didapatkan melalui wawancara kepada 16 narasumber yaitu proses adaptasi yang dilakukan oleh masing-masing mahasiswa Toraja angkatan 2017 hingga 2022 berbeda-beda berdasarkan teori adaptasi budaya Young Y. Kim, yaitu fase perencanaan berupa persiapan perlengkapan, persiapan mental, persiapan finansial, dan mencari informasi mengenai tempat tujuan. Fase honeymoon berupa perasaan senang atau bahagia, terkesan dengan keramahan penduduk, biaya hidup yang cenderung murah, dan perasaan sedih atau kecewa. Fase frustration dalam hal bahasa, cita rasa makanan, merasa asing atau sendiri, homesick, dan keamanan lingkungan tempat tinggal. Fase readjustment yaitu belajar bahasa, memasak sendiri, bergaul dengan teman sekultur, bergaul dengan teman dari kultur lain, menyesuaikan diri dengan kebiasaan lingkungan sekitar, memberanikan diri, menyibukkan diri dengan berbagai aktifitas, dan pindah kost. Fase resolution menunjukkan bahwa semua mahasiswa Toraja mampu bertahan dan tetap memilih menghadapi segala kondisi yang ada di lingkungan baru.
- Students who move to another area must adjust to new situations, including climate change, language, food, and other cultural differences. The cultural differences and adjustment to this new culture cause most students to experience shock, so they must adapt to their new environment. The cultural differences cause students to experience cultural shock, or what is commonly called culture shock. Culture shock will be experienced by an individual when they enter a new environment that is different from the previous environment. This research aimed to describe the process of adaptation to intercultural communication by students from Toraja in dealing with culture shock at Satya Wacana Christian University. The research method used in this study is descriptive qualitative. Data collection techniques in this study were interviews and literature studies. The results were obtained through interviews with 16 informants, namely the adaptation process conducted by each Toraja student from 2017 to 2022 based on Young Y. Kim's cultural adaptation theory, namely the planning phase in the form of equipment preparation, mental preparation, financial preparation, and looking for information about the destination. The honeymoon phase includes feeling happy, impressed by the friendliness of the residents, the affordability of living, and feelings of sadness or disappointment. The frustration phase includes language, food, feeling foreign, homesick, and security of the environment. The readjustment phase is learning the language, cooking, spending time with friends from the same culture, spending time with friends from another culture, adapting to the habits of the surroundings, being brave, participating in various activities, and moving into boarding houses. The resolution phase demonstrates that all students from Toraja can survive the new environment and still choose to face the challenges.