Sistem Transmisi DWDM Pada Jaringan SDH (Studi Kasus Penerapan Sistem DWDM dan SDH pada Jaringan Transmisi PT. XL Axiata tbk.)
Main Author: | Kartika Putri, Medi |
---|---|
Other Authors: | Murtianta, Budihardja, Kusuma Wardana, Hartanto |
Format: | Thesis application/pdf |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Program Studi Teknik Elektro FTEK-UKSW
, 2013
|
Online Access: |
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/1652 |
Daftar Isi:
- Lembar Pengesahan tidak disertai tanda tangan dosen pembimbing
- Kebutuhan akan layanan informasi saat ini meningkat cepat, dengan berbagai tipe layanan yang beragam seperti voice, data, dan video. Hal itu mengakibatkan munculnya permintaan pasar yang menuntut penyedia layanan telekomunikasi untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas dalam sistem transmisinya. Untuk dapat memenuhi permintaan layanan tersebut, maka dibutuhkan suatu sistem transmisi dengan media yang memiliki kapasitas dan kualitas yang tinggi seperti serat optik. Dalam studi pustaka ini dijelaskan sistem transmisi serat optik dengan menggunakan Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) pada Synchronous Digital Hierarchy (SDH) serta perhitungan power budget-nya dalam jaringan transmisi PT. XL AXIATA Tbk. Power budget (anggaran daya) digunakan untuk menghitung banyaknya rugirugi (loss) pada jalur transmisi serta untuk mempertahankan daya sinyal optik yang diterima receiver agar lebih besar dari sensitivitas receiver tersebut. Perhitungan dan analisis power budget ini sangat diperlukan dalam penerapan sistem tranmisi agar dapat diperkirakan perlu atau tidaknya suatu penguat dalam suatu sistem komunikasi serat optik. Berdasarkan studi kasus pada jaringan transmisi PT. XL AXIATA Tbk. didapat jarak transmisi maksimum antar sublink dengan memperhitungkan jumlah sambungan, jumlah konektor dan loss margin dari sistem, adalah sebesar 131 km. Pada jaringan transmisi serat optik Jakarta – Semarang – Surabaya diperlukan pemasangan 2 buah penguat dikarenakan ada 2 buah sublink yang memiliki jarak antar sublink lebih dari 131 km yaitu Purwakarta – Cirebon (160 km) dan Purwodadi – Surabaya (245 km). Berdasarkan hasil perhitungan, penguat optik akan diletakkan di kota Haurgelis yang berjarak sejauh 75 km dari kota Purwakarta, dan di kota Bojonegoro, yang berjarak 115 rm dari Kota Purwodadi.