Kesiapan Sekolah Dasar Kota Salatiga dalam Penerapan Pendidikan Inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus Tahun 2015

Main Author: Hermawan, Lulus Edy
Other Authors: Dwikurnaningsih, Yari, Sumiyarso
Format: Thesis application/pdf
Bahasa: ind
Terbitan: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP-UKSW , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.uksw.edu/handle/123456789/15913
Daftar Isi:
  • Pendidikan inklusi memeberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik baik yang memiliki kelainan atau kebutuhan khusus maupun anak yang memiliki kecerdasan atau bakat istimewa supaya dapat mengikuti pembelajaran atau pendidikan dalam lingkungan sekolah yang sama dengan peserta didik pada umumnya. Dalam pelaksanaan program inklusi di sekolah tidak akan lepas dari hambatan atau kendala-kendala, oleh karena itu untuk meminimalkan adanya hambatan dalam proses pelayanan inklusi tersebut perlu adanya persiapan. Kesiapan sekolah dimana kondisi sekolah yang bersedia menerapkan kebijakan baru yakni pelayanan inklusi untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Ada beberapa komponen yang harus disiapkan oleh sekolah untuk menjalankan program layanan inklusif antara lain kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, manajemen sekolah, dana, peserta didik, lingkungan, dan proses belajar-mengajar. Pendekatan penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Subjek yang ditunjuk untuk penelitian ini adalah guru yang mengajar siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar penyelenggara pendidikan inklusi yang tersebar di Kota Salatiga antara lain SD Negeri Blotongan 03, SD Negeri Pulutan 02, SD Negeri Mangunsari 06, SD Negeri Sidorejo Kidul 02, dan SD Negeri Dukuh 02. Proses pengumpulan data yaitu menggunakan angket. Angket yang digunakan adalah angket kesiapan sekolah berjumlah 136 item. Analisis data menggunakan statistik deskriptif. Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa 34 orang atau 69,39% responden menilai sekolah tempat mereka mengajar tergolong pada kategori siap dalam penerapan pendidikan anak berkebutuhan khusus. Dari delapan aspek kesiapan sekolah inklusi yang menunjukkan kondisi paling siap ialah aspek peserta didik, dilanjutkan aspek dana pada urutan ke-dua, aspek menejemen sekolah berada pada peringkat ke-tiga, aspek kurikulum berada pada urutan ke-empat, urutan ke-lima adalah aspek lingkungan, dan aspek yang dinyatakan siap terakhir adalah proses belajar mengajar. Aspek yang tergolong cukup siap diantaranya tenaga pengajar, dan kemudian aspek sarana diurutan terakhir. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan sekolah dapat lebih meningkatkan kinerja manajemen, lebih pro-aktif dalam mengembangkan program hubungan sekolah dengan masyarakat, memaksimalkan alokasi dana, dapat memfasilitasi berbagai media pembelajaran sehingga proses belajar-mengajar menjadi efektif dan efisien.