Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan Perdamaian: Studi pada Sekolah Menengah Kejuruan Gereja Kristen Protestan Simalungun 2 Pematang Siantar
Main Author: | Purba, Dewi Sartika |
---|---|
Other Authors: | Lattu, Izak, Hagni, Feriningsih Budi Pragsada |
Format: | Thesis application/pdf |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Program Studi Teologi FTEO-UKSW
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/13425 |
Daftar Isi:
- Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi dengan sesamanya. Dalam interaksi tersebut tidak terlepas dari adanya persoalan kekerasan. Kekerasan dapat diartikan sebagai penghancuran, perusakan yang sangat kasar, kejam dan ganas atas sesuatu secara potensial yang dapat merugikan orang lain. Kekerasan dapat dilakukan oleh siapapun dan akan terjadi dimana pun, termasuk di dalam lingkungan sekolah. Contoh kekerasan yang terjadi di sekolah adalah tawuran. Tawuran adalah tindakan perkelahian yang dilakukan oleh para pelajar. Banyak faktor yang menyebabkan tindakan tawuran dapat terjadi, di antaranya dari faktor keluarga dan dunia hiburan. Berbagai cara telah dilakukan oleh pihak sekolah untuk menghentikan tindakan tawuran, namun tindakan tawuran masih saja terus terjadi. Hingga pada akhirnya, penulis mencoba menganalisa kasus ini dengan berlandaskan kepada pendidikan perdamaian. Pendidikan perdamaian adalah penerapan unsur damai di tengah-tengah lingkungan sekolah. Pendidikan perdamaian bermaksud untuk menolong anak sejak dini agar belajar serta memahami lebih dalam tentang perdamaian. Namun selama ini guru berpikir bahwa pendidikan perdamaian hanya diajarkan melalui mata pelajaran pendidikan agama kristen dan kewarganegaraan, ternyata lebih dari itu bahwa pendidikan perdamaian sebaiknya harus diajarkan pada seluruh mata pelajaran disekolah. Sekolah harus menerapkan nilai-nilai pendidikan perdamaian kepada seluruh siswa, sehingga sekolah tidak hanya sebagai tempat untuk belajar melainkan sebagai laboratorium bagi siswa untuk belajar mengenai pendidikan perdamaian.