Kajian Pelayanan Pastoral Pendeta terhadap Pasien Marapu di Rumah Sakit Kristen Lende Moripa Waikabubak sebagai Pendekatan Konseling Lintas Agama dan Budaya

Main Author: Dima, Brenda Pricillia
Other Authors: Engel, Jacob Daan, Lattu, Izak
Format: Thesis application/pdf
Bahasa: ind
Terbitan: Magister Sosiologi Agama Program Pascasarjana FTEO-UKSW , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.uksw.edu/handle/123456789/13330
Daftar Isi:
  • Penelitian ini bertujuan Mendeskripsikan dan menganalisis Pastoral Pendeta terhadap Pasien Marapu di Rumah Sakit Kristen Lende Moripa Waikabubak sebagai Pendekatan Konseling Lintas Agama dan Budaya. Tujuan tersebut sebagai berikut: Mengkaji pelayanan pendeta terhadap Pasien Marapu di Rumah Sakit Kristen Lende Moripa Waikabubak dari perspektif Pastoral budaya. Penelitian ini dimotivasi oleh fakta bahwa kehidupan masyarakat Sumba yang heterogen memiliki keunikan untuk diteliti karena di tengah kehidupan masyarakat modern ini masih ada yang menganut kepercayaan atau agama suku dan adanya perhatian Sinode Gereja Kristen Sumba dalam mengembangkan bukan hanya pada penginjilan tetapi ada program yang dijalankan untuk kesehatan dan pendidikan. Sinode memiliki Rumah Sakit dan yang bertugas sebagai konselor adalah pendeta. Pasien yang dirawat bukan saja pasien beragama Kristen tetapi juga non Kristen dan masih ada pasien yang menganut kepercayaan suku. Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terhadap berbagai narasumber, yakni para pendeta sebagai konselor Rumah Sakit, direktur Rumah Sakit Kristen Lende Moripa, Ketua Sinode Gereja Kristen Sumba, dan lima pasien Marapu. Dari penelitian ini ditemukan bahwa secara teoritik, Sinode membangun kerja sama yang baik dengan pihak Rumah Sakit, pelayanan para Pendeta juga disesuaikan dengan tata gereja GKS dan yang paling utama adalah permasalahan yang dihadapi para pendeta sebagai konselor. Hal ini dapat ditinjau dari segi pelaksanaan pastoral yang diadakan oleh pihak Rumah Sakit dan kedua pendeta tidak memiliki kemampuan khusus karena tidak adanya pelatihan khusus untuk konseling bagi non Kristen. Akibatnya muncul tanggapan dari para pendeta yang melaksanakan konseling pastoral bahwa waktu pelaksaaan konseling pastoral terlalu singkat, dan pendeta merasa kesulitan untuk melakukan pendekatan apa yang tepat bagi para pasien khususnya pasien Marapu. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Waikabubak masih sangat kental dengan pengaruh adat istiadat sehingga seringkali pelaksanaan konseling pastoral inipun mengalami hambatan ketika hendak dilakukan, misalnya jika ada kewajiban adat yang belum terpenuhi, seperti melakukan ritual Nobba (doa pada Marapu), maka proses penyembuhan tidak bisa dilaksanakan. Direkomendasikan kepada pihak Sinode dan pihak Rumah Sakit untuk memberikan pelatihan khusus sehingga pelaksanaan konseling pastoral dapat dikembangkan dalam pemahaman konseling lintas agama dan budaya sehingga tugas dan fungsi pelayanan pendeta pastoral dapat diatur secara maksimal sesuai dengan Tata Gereja GKS. Bagi para pasien Marapu juga diberikan pemahaman dalam setiap perkunjungan mengenai makna dari konseling, sehingga hal ini merupakan wadah bagi konselor dan konseli untuk saling terbuka membicarakan, menerima dan menghargai berbagi hal tentang kehidupan mereka dengan melihat budaya masing-masing dan membangun spiritualitas diatas prinsip-prinsip dalam cerminan kasih Kristus bagi semua orang baik Kristen maupun non Kristen.