Kawin Lari: Studi Kasus tentang Budaya “Ngerorod” yang Dilakukan Jemaat GKPB Pniel Blimbingsari

Main Author: Dewi, Ni Made Rai Kristiana
Other Authors: Samiyono, David, Timo, Ebenhaizer Imanuel Nuban
Format: Thesis application/pdf
Bahasa: ind
Terbitan: Program Studi Teologi FTEO-UKSW , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.uksw.edu/handle/123456789/12305
Daftar Isi:
  • Tidak diijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas dikarenakan masih ada kekurangan administrasi.
  • Budaya memiliki kaitan erat dengan agama. Hal ini yang mendasari masalah budaya kawin lari atau disebut ngerorod menjadi kajian dalam penelitian ini berdasarkan sikap GKPB Pniel Blimbingsari dalam menyikapi tradisi kawin lari/ngerorod yang dilakukan jemaatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang banyak melakukan kawin lari adalah perempuan karena masalah hamil dengan pasangan beda agama.Perbedaan tersebut mengakibatkan ketidaksetujuan antara satu pihak atau kedua belah pihakorang tua. Selain itu masih banyak faktor-faktor lain yang menyebabkan jemaat GKPB Pniel Blimbingsari melakukan ngerorod seperti karena keberadaan orang Kristen yang minoritas di Bali, ataupun karena faktor jebakan yang dilakukan salah satu pihak. Tanggapan dari GKPB Pniel Blimbingsari terhadap warga jemaatnya yang melakukan tradisi ngerorod adalah tidak setuju dan menolak dilakukannya tradisi tersebut dalam kehidupan jemaat GKPB Pniel Blimbingsari dengan alasan tradisi tersebut tidak sesuai dengan aturan gereja. Namun berbeda dengan tanggapan masyarakat non-kristen yang menganggap bahwa hal itu bukanlah suatu masalah bagi mereka karena ngerorod merupakan tradisi masyarakat Hindu Bali yang masih dilakukan sampai saat ini. Berdasarkan dua sudut pandang yang kontras tersebut, maka kebudayaan dan konteks kehidupan bergereja seharusnya disaring sedemikian rupa sehingga pada akhirnya dapat menjawab persoalan yang lebih kontekstual terkait dengan pergumulan jemaat setempat atau dengan kata lain gereja dapat melakukan transformasi terhadap budaya seperti ngerorod dalam konteks kehidupan bergereja di Bali.