Mewujudkan 21st Century Learning Berbasis Karakter Melalui Implementasi Taxonomy for Science Education di Sekolah

Main Author: Herianingtyas, Nur Luthfi Rizqa
Format: Proceeding application/pdf
Bahasa: ind
Terbitan: Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.uksw.edu/handle/123456789/11836
Daftar Isi:
  • Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains II : Inovasi dan Pengembangan Kualitas Pembelajaran Sains Berbasis Pendidikan Karakter dan Teknologi di Era MEA, Salatiga, 22 April 2017, p. 274-283
  • Paradigma 21st century learning telah menciptakan beberapa dinamika dalam aktivitas dunia pendidikan, salah satunya munculnya kebutuhan generasi manusia abad ke-21 yang sedang memasuki generasi knowledge-based society serta tantangan menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Esensi tersebut membawa makna bahwa pendidikan sudah selayaknya di desain dengan ruang yang mampu menciptakan produktivitas SDM yang unggul dan berdaya saing tinggi. Keseimbangan aktivitas soft skill dan hard skill siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu bentuk manifestasi 21st century learning, agar nantinya produk pendidikan tidak hanya terarah pada penguasaan pengetahuan, teknologi, dan komunikasi saja namun juga dapat mencerminkan tumbuhnya karakter dalam diri siswa. Optimalisasi soft skill dan hard skill siswa dalam ruang belajar sains, salah satunya dapat diwujudkan melalui implementasi taxonomy for science education secara komperhensif yang mencakup domain: (1) knowledge; (2) process of science; (3) creativity; (4) attitudinal; (5) application and conections domain. Kelima ranah tersebut secara khusus telah memanfaatkan pendekatan kontruktivistik, sehingga siswa tidak hanya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam sisi teknologi dan informasi saja, namun juga dapat membiasakan untuk bersikap positif sebagai bentuk implikasi konkrit sains dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitarnya. Karakter lebih menitikberatkan pada bentuk pembiasaannya (nglakoni), setelah siswa mampu mengerti (ngerti) dan merasakan (ngrasa). Oleh karena itu, melalui pelaksanaan taxonomy for science education secara komperhensif pencapaian karakter tidak hanya pada sebatas siswa mengerti dan merasakan namun sampai pada membiasakan. Pencapaian pengetahuan tidak hanya pada sebatas mengerti dan memahami namun juga dapat berpikir kritis dan kreatif, sedangkan pencapaian keterampilan mengarah pada keterampilan proses sains, penguasaan IPTEKS dan pemanfatannya untuk masa kini dan masa yang akan datang (future learning).