Daftar Isi:
  • Peneliti menentukan tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Menemukan faktor penyebab ketergantungan para orang lain yang dialami oleh anak tunagrahita SLB Sunan Prawoto Pati. 2. Mengatasi ketergantungan para orang lain yang dialami oleh anak tunagrahita SLB Sunan Prawoto Pati melalui konseling behaviour teknik shaping. Ketergantungan siswa ditunjukan dengan selalu meminta bantuan guru saat membersihkan tangan setelah makan, membersihkan diri ketika selesai buang air kecil dan atau besar, tidak mampu lepas dari salah satu guru ketika kegiatan belajar, tidak bisa memakai sepatu secara mandiri. Konseling behavior teknik shaping merupakan model bantuan yang diberikan peneliti kepada konseli agar mampu mandiri dalam menjalani berbagai aktivitas dalam kesehariannya. Baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pendekatan penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Subjek penelitian merupakan dua siswa SLB Sunan Prawoto Pati tahun pelajaran 2019/2020. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: wawancara, observasi, dokumentasi, dan home visit. Teknik analisis data menggunakan induksi sistem bacon. Hasil penelitian diketahui faktor yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain yang dialami oleh konseli adalah konseli merupakan anak berkebutuhan khusus, sehingga konseli membutuhkan bantuan dari orang lain dalam beraktivitas. Dalam pelaksanaan pemberian bantuan kepada konseli peneliti dibantu oleh wali kelas, dan orangtua konseli. Kesimpulan hasil penelitian: 1. Faktor konseli I (AGR) menitik beratkan pada faktor psikologisnya, dimana konseli merupakan anak yang berkebutuhan khusus (tunagrahita) sejak lahir dan ia tidak bisa berpikir selayaknya orang dewasa, ia selalu membutuhkan orang lain dalam melakukan sesuatu, sehingga ia bergantung kepada orangtua dan guru. Hal ini merupakan pemicu konseli I (AGR) mengalami ketergantungan terhadap oranglain. 2. Faktor konseli II (DS) juga menitik beratkan pada faktor psikologisnya, dimana konseli merupakan anak yang berkebutuhan khusus (tunagrahita) sejak lahir dan ia tidak bisa berpikir selayaknya orang dewasa. Orangtua dari DS pun selalu memberikan suport perkembangan DS dalam hal kemandirian. Sehingga Hal ini merupakan pemicu konseli II (DS) mengalami ketergantungan terhadap oranglain. Dari beberapa faktor yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan ketergantungan pada orang lain pada konseli dapat diatasi dengan pendekatan Behavioristik teknik Shaping untuk mengatasi ketergantungan dengan orang lain pada siswa. Dibuktikan dengan keberhasilan konseli dalam mengatasi masalahnya sangat efektif dengan menunjukkan perilaku yang diharapkan setelah dilakukannya layanan konseling yaitu: 1. Sudah mampu mandiri dalam kegiatan belajar; 2. Sudah mampu mandiri dalam merawat diri; 3. Sudah mampu mandiri dalam menjaga kebersihan diri; 4. Sudah mampu mandiri dalam menyiapkan dan merapikan alat belajar. Selain perilaku yang diharapkan setelah melakukan layanan konseling berhasil, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas, dan orangtua setelah melakukan layanan konseling dan hasilnya juga sesuai harapan yaitu ada peningkatan dalam sikap dan kemandirian konseli berkaitan dengan ketergantungan pada orang lain.