Daftar Isi:
  • ABSTRAK Gerakan sastra hijau belum menggema di dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya buku teks yang belum menjadikan karya sastra hijau sebagai sumber bacaan dalam mata pelajaran teks fiksi. Padahal, karya sastra diyakini dapat menjadi alat penyadaran agar manusia menaruh perhatian serius kepada kelestarian lingkungan. Air, tanah, udara, dan hutan tengah dilanda krisis. Kesadaran manusia sebagai makhluk ekologis yang hidup bergantung pada alam semesta masih perlu dibangun. Salah satu caranya adalah menggaungkan gerakan sastra hijau. Penulis akhirnya memutuskan untuk bergabung dalam gerakan sastra hijau dengan cara menganalisis cerpen-cerpen yang mengangkat wacana lingkungan. Penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk menganalisis dua kumpulan cerpen Korrie Layun Rampan berjudul Melintasi Malam dan Kayu Naga. Adapun pisau analisis yang digunakan oleh penelitian yaitu analisis struktur Robert Stanton dan analisis ekokritik Greg Gerrard. Setelah dianalisis, terdapat lima cerpen yang mengangkat wacana lingkungan. Lima cerpen tersebut berjudul Kayu Naga, Dataran Melengen, Rotan, Dataran Wengkay, dan Kampung Beremai. Kelima cerpen tersebut mengandung diksi-diksi ekologis, menggunakan latar yang berhubungan dengan alam, menceritakan tokoh-tokoh yang memiliki kepedulian dengan alam, dan terdiri dari rangkaian peristiwa yang memiliki kaitan dengan permasalahan alam. Adapun hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan untuk membuat buku pengayaan pengetahuan berjudul menulis cerpen hijau di Sekolah Menengah Atas. Kata Kunci: Kumpulan Cerpen, Kajian Ekokritik, Buku Pengayaan Pengetahuan di SMA