Ketuhanan yang Berkebudayaan: Memahami Pancasila sebagai Model Interkulturalitas

Main Author: Pattipeilohy, Stella Yessy Exlentya
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Faculty of Theology Duta Wacana Christian University , 2018
Subjects:
Online Access: http://journal-theo.ukdw.ac.id/index.php/gemateologika/article/view/363
http://journal-theo.ukdw.ac.id/index.php/gemateologika/article/view/363/270
Daftar Isi:
  • AbstractInterculturality is the awareness of cultural diversity in a communication in which all parties intend to communicate effectively with one another. This study considers the potential of the first sila of Pancasila as a healthy interculturality by virtue of its open concept of divinity, namely “cultured divinity”. The finding is that the first sila of Pancasila can be defined as an open and active intercultural hermeneutics. The fluidic, accommodative, and open nature of the first sila of Pancasila, makin it possible to values contributed from anywhere, is the advantage of Pancasila that makes it acceptable to anyone living in Indonesia. In the localcontext of Tembilahan, this study captures the interculturality, and retrospectively confirms that the intercultural meeting point constructed in Pancasila has been estabished. Abstrak Interkulturalitas merupakan kesadaran akan kepelbagaian budaya dari masing-masing pihak yang terlibat dalam komunikasi dan adanya keinginan dari setiap pihak itu untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan pihak lainnya. Studi ini bermaksud melihat kemampuan sila pertama Pancasila sebagai sebuah interkulturalitas yang sehat melalui konsep ketuhanannya yang terbuka, yaitu konsep “ketuhanan yang berkebudayaan”. Hasilnya bahwa secara hermeneutis, sila pertama Pancasila adalah sebuah hermeneutikinterkultural yang terbuka dan aktif. Sifatnya yang cair, akomodatif, dan terbuka menerima nilai-nilai yang disumbang dari mana saja merupakan “kecerdasan” Pancasila yang membuatnya dapat diterima oleh siapa saja yang hidup di Indonesia. Di konteks lokal, Tembilahan, studi ini memotret interkulturalitas di Tembilahan dan secara retrospektif menegaskan bahwa apa yang Pancasila konstruksi tentang titik temu antarbudaya sudah terbangun di sini.