Usulan Penggunaan Metode Goal Programming Untuk Penentuan Kombinasi Jumlah Produksi Yang Optimal (Studi Kasus di PT Ulam Tiba Halim)
Main Authors: | Santoso, Haryo, Pujotomo, Darminto, Setiawan, Timotius |
---|---|
Format: | Lainnya NonPeerReviewed application/msword |
Terbitan: |
Diponegoro University
, 2008
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.undip.ac.id/7229/1/L2H_003_680.doc http://eprints.undip.ac.id/7229/ |
Daftar Isi:
- PT Ulam Tiba Halim adalah perusahaan yang bergerak dalam pembuatan minuman serbuk sachet sejak tahun 1995. Produk utamanya adalah Marimas yang memiliki 17 varian rasa. Dalam perencanaan produksinya, perusahaan hanya mempertimbangkan permintaan dan kapasitas yang ada. Padahal perusahaan memiliki sasaran-sasaran lain, seperti pemenuhan target pedapatan, minimasi biaya produksi, minimasi biaya kualitas, minimasi biaya simpan, maksimasi utilisasi kapasitas, dan minimasi lembur. Sasaran- sasaran ini seharusnya perlu dipertimbangkan pula dalam perencanaan produksi. Menurut Chowdari dan Slomp (1995), terdapat tiga elemen penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan produksi, yaitu: pelanggan, produk/pasar, dan manufaktur. Goal Programming adalah salah satu metode pengambilan keputusan yang melibatkan banyak kriteria/goal yang saling konflik. Metode ini telah banyak digunakan untuk pemecahan masalah multi kriteria di banyak bidang. Dalam penelitian ini, metode Goal Programming akan dicoba untuk diterapkan dalam penentuan kombinasi jumlah produk yang mempertimbangkan banyak goal atau sasaran perusahaan di atas, yaitu pemenuhan permintaan, pemenuhan target pendapatan, minimasi biaya kualitas, minimasi, minimasi biaya produksi, minimasi biaya simpan, dan utilisasi kapasitas. Penelitian dilakukan dengan memakai dua skenario yang berbeda dalam hal struktur prioritas. Perhitungan Goal Programming dilakukan dengan menggunakan Program Quantitative System (QS). Dari hasil perhitungan untuk bulan Agustus 2007 diperoleh bahwa baik solusi optimal skenario 1 maupun skenario 2 memberikan biaya kualitas dan biaya produksi yang lebih kecil dibandingkan rencana produksi dengan berdasarkan permintaan. Beberapa penyimpangan juga terjadi namun masih berada dalam rentang yang diijinkan.