Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki (Studi Kasus di RS. Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang)
Main Author: | Lina, Nur |
---|---|
Format: | Article NonPeerReviewed application/pdf |
Terbitan: |
, 2008
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.undip.ac.id/5280/1/Nurlina.pdf http://eprints.undip.ac.id/5280/ |
ctrlnum |
5280 |
---|---|
fullrecord |
<?xml version="1.0"?>
<dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><title>Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki (Studi Kasus di
RS. Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang)</title><creator>Lina, Nur</creator><subject>R Medicine (General)</subject><description>1
Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki (Studi Kasus di
RS. Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang)
Risk Factors of Urolithiasis on Male (Case Study at Kariadi, Roemani and Islamic Sultan
Agung Hospital of Semarang)
Nur Lina1, Suharyo Hadisaputro2, Rifki Muslim3
Program Studi Magister Epidemiologi UNDIP
Program Pascasarjana UNDIP
FK UNDIP Bagian Bedah
Background: Urinary Stone Disease also called urolithiasis had sever from human since
4800 before century. Urolithiasis relapse value during one 15-17%, during 4-5 years was
50%, 10 years was 75% and 95-100% during 20-25 years. Urolithiasis causes mild
stadium pain until uremia syndrome and kidney fuction disturbance, severe
consequences may provoke to death. Urolithiasis on Male was 3-4 higher than on
Female. Its formation was influenced by intrinsic and extrinsic factors.
Objective: This study has objective to provide intrinsic and extrinsic as risk factors
occurrence of urolithiasis on Male.
Method: This was an observational research type with control case design. Location set
on Kariadi, Roemani, and Islamic Sultan Agung Hospital. The number of samples are 44
cases and using 44 as controls. Data analyzing was performed using univariate, bivariate
and multivariat logistic regression method by program of SPSS version 11.5
Results: showed that significant proved of occurrence risk factor of urolithiasis are
inadequate drink (OR adjusted = 7.009; 95%Cl: 1.969-24.944), holding urinary habit (OR
adjusted = 5.954; 95%Cl: 1.919-18.469), high protein diet (OR adjusted = 3.962; 95%Cl
1.200-13.082), sit too long while working (OR adjusted = 3.154; 95%Cl; 1,007-9,971).
Conclution that draw from this study: male whom sit too long while working, with habit like
to hold urinary, inadequate drinking and having protein diet, having high probability to
experience urolithiasis occurrence by 97.05%.
Suggestion: Based on such conclution, it is suggested to drink 2-2.5 liters (about 8-10
glasses) a day and important to drink 250 ml fresh water before get sleep at night, avoid
to hold urinary, concume adequate protein, avoid sit too long while working and interlude
it by stand up and walking around.
Keyword: risk factors, urolithiasis, male, Semarang
Reference: 33 (1982-2007)
PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih yang
selanjutnya disingkat BSK adalah
terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat
dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi. BSK
sudah diderita manusia sejak zaman
dahulu, hal ini dibuktikan dengan diketahui
adanya batu saluran kemih pada mummi
Mesir yang berasal dari 4800 tahun
sebelum Masehi. Hippocrates yang
merupakan bapak ilmu Kedokteran
menulis 4 abad sebelum Masehi tentang
penyakit batu ginjal disertai abses ginjal
dan penyakit Gout.1
Angka kekambuhan BSK dalam satu
tahun 15-17%, 4-5 tahun 50%, 10 tahun
75% dan 95-100 tahun dalam 20-25 tahun.
Apabila BSK kambuh maka dapat terjadi
peningkatan mortalitas dan peningkatan
biaya pengobatan. Manifestasi BSK dapat
berbentuk rasa sakit yang ringan sampai
berat dan komplikasi seperti urosepsis dan
gagal ginjal.2
Kejadian BSK di Amerika Serikat
dilaporkan 0,1-0,3 per tahun dan sekitar 5-
ARTIKEL PUBLIKASI
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
2
10% penduduknya sekali dalam hidupnya
pernah menderita penyakit ini, di Eropa
Utara 3-6%, sedangkan di Eropa Bagian
Selatan di sekitar laut tengah 6-9%. Di
Jepang 7% dan di Taiwan 9,8%
sedangkan di Indonesia sampai saat ini
angka kejadian BSK yang sesungguhnya
belum diketahui, diperkirakan 170.000
kasus per tahun.3,4,5
BSK pada laki-laki 3-4 kali lebih
banyak daripada wanita 1,2. Hal ini
mungkin karena kadar kalsium air kemih
sebagai bahan utama pembentuk batu
pada wanita lebih rendah daripada
laki-laki. Batu saluran kemih banyak
dijumpai pada orang dewasa antara umur
30-60 tahun dengan rerata umur 42,20
tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata
40,20 tahun).1,6,7
Secara garis besar pembentukan
BSK dipengaruhi oleh faktor Instrinsik dan
Ekstrinsik. Faktor Intrinsik adalah faktor
yang berasal dari dalam individu sendiri
seperti herediter/keturunan, umur, jenis
kelamin. Faktor ekstrinsik adalah faktor
yang berasal dari luar individu seperti
kondisi geografis daerah, faktor lingkungan,
jumlah air minum, diet, lama duduk saat
bekerja, olah raga, obesitas, kebiasaan
menahan buang air kemih dan konsumsi
vitamin C dosis tinggi. 4,8,9
Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan risiko instrinsik dan ekstrinsik
faktor risiko kejadian BSK pada laki-laki.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian yang digunakan
adalah penelitian observational dengan
rancangan kasus kontrol. Studi kasus
kontrol ini dipilih dengan pertimbangan
dapat digunakan untuk mencari hubungan
seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi
terjadinya penyakit. Kekuatan hubungan
sebab akibat desain kasus kontrol lebih
kuat dibandingkan dengan Cross sectional,
biaya lebih murah, lebih mudah dilakukan,
cepat, tidak memerlukan sampel besar dan
dapat meneliti sejumlah paparan terhadap
penyakit batu saluran kemih.10,11
Populasi referen pada penelitian ini
adalah semua Laki-laki penderita Batu
Saluran Kemih dan yang tidak menderita
BSK yang 1 dirawat di Rumah Sakit-Rumah
Sakit di Kota Semarang. Populasi studi
dalam penelitian ini adalah kasus BSK laki
dan laki-laki yang tidak BSK yang
ditemukan di Rumah Sakit Dr. Kariadi
Semarang, RS Roemani dan RSI Sultan
Agung yang didiagnosis secara klinis dan
konfirmasi laboratorik menderita atau tidak
menderita Batu Saluran Kemih yang
tercatat dalam Medical Record. BSK (+)
ditegakkan dengan diagnosa: pemeriksaan
USG, Rotgen/Foto Polos Abdomen (FPA)
(+), Urografi intravena (UIV). BSK (-) adalah
laki-laki yang dirawat di bagian bedah pada
minggu yang tidak sama dengan kasus
BSK (+) tetapi tidak menunjukkan diagnosa
BSK.
Rumus yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rumus besar sampel
untuk penelitian kasus kontrol.4) Odds
Ratio perkiraan minimal sebesar 2,48.
Besar sampel yang diperlukan sebanyak
44 kasus dan 44 kontrol.
Pengolahan data meliputi Cleaning,
Editing, Coding, Entry Data, Analisis data
hasil penelitian disajikan secara univariat
(deskritif) untuk mengetahui proporsi
masing-masing variabel. Program SPSS
versi 11,5 digunakan untuk analisis data
bivariat dengan uji X2 (Chi Square) yakni
menganalisis hubungan masing-masing
faktor risiko dengan kejadian BSK dan
mendapatkan faktor risiko (Odds Ratio),
yang bermakna dengan tingkat
kepercayaan α=0,05 dan Confidence
Interval (CI)=95%. Selanjutnya variabel
yang mempunyai korelasi cukup kuat dalam
hal ini p<0,05 dan p<0,25 pada analisis
univariat tetapi secara biologis bermakna
dilakukan analisis multivariat. Untuk
memperoleh pengaruh variabel bebas
(faktor risiko) terhadap variabel terikat
dilakukan uji Regresi Logistik Berganda
dengan metode enter. Kemungkinan
interaksi antara dua variabel atau lebih
dilakukan apabila ada dua kemungkinan
hubungan biologis atau statistik dengan
memasukkan interaksi ke dalam model.
Kemungkinan interaksi antara dua variabel
atau lebih dilakukan apabila ada dua
kemungkinan hubungan biologis atau
statistik dengan memasukkan interaksi ke
dalam model.10
HASIL PENELITIAN
Penderita BSK paling muda berumur
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
3
15 tahun dan paling tua berumur 72 tahun.
Kasus BSK terbanyak ditemukan pada
rentang umur 40-49 tahun. Proporsi
terbesar responden berpendidikan lulus
SD. Proporsi terbesar kasus bekerja
sebagai petani (25%), sebanding proporsi
terbesar pada kelompok kontrol mempunyai
pekerjaan wiraswasta (23%). Lokasi BSK
paling banyak dijumpai di ginjal yaitu
sebanyak 22 orang (36%). Batu staghorn
didapatkan dengan persentase 14%.
Sebagian besar materi pembentuk batu
adalah Tripel Fosfat yaitu sebesar (32%).
Gejala yang paling dirasakan oleh
penderita kasus BSK adalah nyeri pinggang
(79-54%).
Tabel 1
Hasil Analisis Bivariat
Faktor Risiko Batu Saluran Kemih dengan Kejadian Batu Saluran Kemih
No Variabel p OR 95% Cl
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Riwayat Hipertensi
Riwayat Keluarga BSK
Duduk Lama Saat Bekerja
Kebiasaan Olahraga
Riwayat Obesitas
Kebiasaan Menahan BAK
Kurang Minum
Diet Tinggi Protein
Diet Tinggi Lemak
Diet Rendah Serat
Konsumsi Vitamin C Dosis Tinggi
0,386
0,156
0,003
0,019
0,018
<0,001
<0,001
0,005
0,009
0,667
1,00
1,458
2,294
3,787
0,360
2,862
9,067
7,635
3,444
3,659
0,204
1,000
0,621 – 3,426
0,714 – 7,376
1,559 – 9,200
0,152 – 0,852
1,189 – 6,888
3,443 – 23,873
2,790 – 20,897
1,424 – 8,333
1,337 – 10,016
0,517 – 2,801
0,268 – 3,731
Hasil analisis multivariat penelitian ini,
terdapat 4 variabel yang terbukti
berpengaruh terhadap kejadian BSK.
Selengkapnya seperti tertera pada
tabel 2 berikut:
Tabel 2
Model Akhir Regresi Logistik Berganda Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih
Variabel
β p OR Adjusted
95% Cl
Bawah Atas
Duduk Lama saat bekerja
Kebiasaan menahan BAK
Kurang minum
Diet Protein
Konstanta
1,149
1,784
1,947
1,377
-2,764
0,049
0,002
0,003
0,024
0,000
3,154
5,954
7,009
3,962
0,063
1,007
1,919
1,969
1,200
9,871
18,469
24,944
13,082
Berdasarkan hasil akhir analisis
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
4
dengan menggunakan metode regresi
logistik berganda maka, laki-laki yang duduk
lama saat bekerja, dengan kebiasaan
menahan buang air kemih, kurang minum
dan diet tinggi protein mmeiliki probabilitas
untuk mengalami kejadian batu saluran
kemih sebesar 97,05%.
PEMBAHASAN
A. Faktor yang terbukti merupakan faktor
risiko
1. Duduk lama saat bekerja
Laki-laki yang terlalu banyak duduk atau
hanya ditempat tidur saja, maka kalsium
tulang akan dilepas ke darah, selanjutnya
hiperkalsemia akan memacu timbulnya
batu saluran kemih karena adanya
supersaturasi elektrolit/kristal dalam air
kemih. Kenaikan konsentrasi bahan
pembentuk batu di dalam tabulus renalis
akan merubah zona stabil saturasi rendah
menjadi zona supersaturasi metastabil dan
bila konsentrasinya makin tinggi menjadi
zona saturasi tinggi.12
2. Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan sering menahan BAK
menimbulkan statis air kemih. Stasis air
kemih menimbulkan hipersaturasi dan
agregasi kristal sehingga timbul BSK.
Stasis air kemih juga sering menyebabkan
infeksi urea spliting bacteria. Kuman yang
termasuk bakteri pemecah urea tersebut
menghasilkan urease yang memecah urea
menjadi ammonium yang mengakibatkan
kenaikan pH air kemih menjadi basa.
Keadaan ini memudahkan terbentuknya
ammonium magnesiumm fosfat atau batu
struvit.13
Hasil penelitian Sindhu dari 110 penderita
BSK yang berobat, kuman terbanyak yang
menyebabkan infeksi pada penderita BSK
adalah E. coli (22,7%), Enterobacter sp
(20%), Staphilococu epidermidis 10%,
Pseudomonas 8,1%, Staphilococus aureus
(1,8%), Proteus mirabilis 0,9%, Klebsiela
0,90%.14
3. Kurang minum
Penelitian yang dilakukan oleh Rita
mendapatkan hasil bahwa responden yang
mempunyai kebiasaan minum kurang dari
1,5 liter per hari mempunyai risiko 4,911
kali lebih besar untuk terkena BSK
dibandingkan responden yang mempunyai
kebiasaan jumlah minum yang cukup.15
Penelitian lain oleh Curhan memberikan
hasil bahwa minum air putih merupakan
faktor protektif terhadap kejadian BSK
dengan RR 0,71; 95% Cl: 0,52-0,97).16 Hal
ini berarti bahwa penelitian ini selaras
dengan penelitian sebelumnya sehingga
memenuhi aspek konsistensi dari asosiasi
kausal.
Penelitian yang dilakukan oleh Ng
Tze melaporkan bahwa Prevalensi BSK 5
kali lebih besar pada pekerja di luar
ruangan (5,2%) dibandingkan yang ada di
dalam ruangan (0,85%) p = 0,0517
Eric melaporkan bahwa diet cairan
mencegah kejadian BSK dengan RR 0,71
(95%Cl 0,59-0,85; p < 0,001).18
Air sangat penting dalam proses
pembentukan BSK, bila seseorang
kekurangan air minum maka dapat terjadi
supersaturasi bahan pembentuk batu. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya BSK.
Pada penderita dengan dehidrasi kronik pH
air kemih cenderung turun, berat jenis air
kemih naik, saturasi asam urat naik dan
menyebabkan terjadinya penempelan
kristal kalsium oksalat pada kristal asam
urat (teori epitaksi). Penderita dianjurkan
minum 2500 ml per hari dan atau
dianjurkan minum 250 ml tiap 4 jam
ditambah 250 ml tiap kali makan, sehingga
diharapkan menghasilkan sekitar 2000 ml
air kemih, yang cukup untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya BSK.19
Berdasarkan hasil pemeriksaan air
minum responden yang dilakukan di Balai
Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Semarang didapatkan bahwa tidak ada
responden yang mempunyai kadar
kesadaran total diatas ambang batas yang
ditetapkan oleh Permenkes RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu > 500 mg/L
Penelitian lain yang dilakukan oleh Maryani
yang mendapatkan hasil ada hubungan
bermakna antara kejadian BSK dengan
kesadaran total air minum (OR = 34,
95%Cl:5,834-198, 154).15
4. Diet tinggi protein
Penelitian ini menemukan hubungan
diet tinggi protein dengan kejadian BSK.
Laki-laki yang mempunyai diet tinggi
protein memiliki risiko sebesar 3,96 (95%
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
5
Cl 1,2-13,08) dibanding dengan laki-laki
yang tidak memiliki diet tinggi protein.
Penelitian Eric menunjukkan bahwa diet
protein hewani berhubungan dengan
kejadian BSK pada laki-laki yang
mempunyai BMI<25, RR=1,38 (95%Cl
1,05-1,81; p=0,03).18
Penelitian Curhan mendapatkan RR
laki-laki yang makan tinggi protein hewani
adalah 1,33 kali lipat dibandingkan yang
tidak. Pada penelitian Ito terhadap
kebiasaan makan pada 349 laki-laki dan
406 wanita Jepang yang diperiksa kadar
kalsium dalam air kemihnya, ternyata
protein hewani dalam makanan akan
meningkatkan kadar kalsium dalam air
kemih sedangkan protein dari tumbuhtumbuhan
tidak menaikkan kadar kalsium
dalam air kemih. Konsumsi protein yang
berlebih-lebihan meningkatkan kadar
kalsium serta menurunkan kadar sitrat
dalam air kemih.20 Penambahan 75 gram
protein pada diet normal tiap hari dapat
menimbulkan kenaikan kadar kalsium
dalam air kemih sebesar 100%.21
Penelitian Tosukhowong
mendapatkan bahwa sebagian besar kasus
BSK mengkonsumsi protein hewani lebih
dari 2 kali sehari.28 Pada orang yang
banyak mengkonsumsi protein hewani
misalnya daging, pada metabolisme
proteinhewani misalnya daging, pada
metabolisme protein akan diubah menjadi
triptofan dan hidroksiprolin triptofan mudah
diubah menjadi oksalat dan hidroksiprolin
akan dimetabolisme menjadi oksalat
melalui jalur glikosilat, hal ini memenuhi
aspek biologic plausibility dari asosiasi
kausal. Penelitian Eric menunjukkan bahwa
diet protein hewani berhubungan dengan
kejadian BSK pada laki-laki yang
mempunyai BMI<25, RR=1,38 (95%Cl
1,05-1,81; p=0,03).18
B. Faktor yang tidak terbukti merupakan
faktor risiko
1. Riwayat hipertensi
Dalam penelitian ini diketahui bahwa
responden yang mempunyai riwayat
hipertensi mempunyai risiko 1,458 untuk
terkena BSK dibandingkan dengan yang
tidak mempunyai riwayat hipertensi, namun
secara statistik menunjukkan tidak ada
hubungan antara riwayat hipertensi dan
kejadian BSK p=0,386.22 Hal ini berbeda
dengan hasil penelitian Satoshi dan
Hiroomi (2005) yang menunjukkan adanya
hubungan antara hipertensi dan kejadian
batu saluran kemih. Risiko hipertensi untuk
menderita BSK adalah sebesar 4,41 kali
lipat dibandingkan yang tidak hipertensi
(95%Cl 2,85-6,84, p<0,0001) dan setelah
dilakukan adjusted dengan analisis
multivariat didapatkan bahwa risiko
hipertensi untuk menderita BSK adalah
sebesar 3,57 kali lipat dibandingkan yang
tidak hipertensi (95% Cl 2,11-6,07;
p<0,001).23
2. Riwayat keluarga BSK
Penelitian oleh Tosukhowong juga
menunjukkan bahwa hanya 31,9% dari
pasien BSK yang mempunyai riwayat
keluarga pernah terkena BSK. Hal ini
berbeda dengan hasil penelitian G.C.
Curhan yang melaporkan bahwa riwayat
keluarga BSK lebih banyak didapatkan
pada pria dengan BSK dibandingkan pada
pria dengan tanpa riwayat BSK (Age
adjusted Prevalence Odds Ratio 3,16;
95%Cl 2,90-3,45).
Penelitian menyebutkan bahwa risiko
kelainan poligenik lebih besar pada
keturunandiman salah satu dari orang tua
menderita BSK dibandingkan yang tidak
BSK dan lebih besar lagi jika kedua orang
tua atau saudara sekandung tidak ada yang
menderita BSK sebesar 29,2%. Risiko
meningkat menjadi 44,1% jika saudara lakilaki
menderita BSK, 58% jika ayah
penderita BSK, 66,4% jika ibu menderita
BSK dan 92,5% jika kedua orang tua
menderita BSK. Hesse menyebutkan
bahwa terdapat bentuk yang tidak biasa
dari glikoprotein Tamm-Horsfall yang
diturunkan secara genetik. Kemungkinan
gen tersebut mempengaruhi ekskresi
kalsium, oksalat dan sitrat air kemih yang
dapat terlihat dari analisis ekskresi air
kemih 24 jam pada penderita.23
3. Diet Serat
Pada penelitian ini diketahui bahwa
secara statistik menunjukkan tidak ada
hubungan antara diet rendah serat dengan
kejadian batu saluran kemih dngan nilai p =
0,667. Beberapa sayuran mengandung
cukup kalsium dan oksalat dan beberapa
sayuran lain mampu menurunkan pH air
kemih. Sayuran yang banyak mengandung
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
6
kalsium misalnya bayam, daun so, sawi,
daun singkong, daun pepaya dan daun
katuk. Sayuran yang banyak mengandung
oksalat misalnya sawi (1336mg/100g),
bayam (660mg/100g), kedelai, brokoli dan
asparagus (ketiganya kurang dari 100
mg/100g).24
Diet rendah kalsium yang ketat akan
berakibat penurunan kalsium serum yang
dapat memicu timbulnya hiperparatiroid
sekunder, hal ini disebabkan pengaruh
hormon paratiroid (PTH) dan kalsitriol yang
naik dan mengeluarkan kalsium dari tulang
(dekalsifikasi) sehingga terjadi
osteoporosis.25 Goldfarb menyatakan
bahwa diet rendah kalsium tidak perlu dan
dapat berbahaya karena kesimbangan
kalsium tubuh (kalcium balance) menjadi
negatif, kalsium dalam air kemih menjadi
turun, terjadi kenaikan 1,25 (OH)2, Vitamin
D3 yang mengakibatkan pengambilan
kalsium dari tulang sehingga menjadi
osteoporosis.26
4. Diet Serat
Menurut Tiselius, serat didalam
makanan berpengaruh pada pembentukan
BSK sebab serat akan mengikat kalsium di
lumen usus sehingga kalsium yang diserap
berkurang, selain itu juga akan mengurangi
waktu transit makanan dalam usus,
merubah respons hormon, dan mengurangi
kalori yang masuk. Hal ini akan
mengakibatkan kadar kalsium dalam darah
menurun sehingga kadar kalsium dalam air
kemih juga menurun. Oleh karena itu makin
banyak konsumsi serat, makin kecil pula
kemungkinan terbentuknya batu kalsium
oksalat saluran kemih.27
Serat banyak didapatkan pada
sayuran dan buah-buahan. Buah-buahan
terutama jeruk mengandung sitrat yang
setelah diresorbsi di usus akan diubah
menjadi bikarbonat dalam plasma,
sehingga pH air kemih naik, dan sekresi
sitrat dalam air kemih naik. Hal ini sangat
menguntungkan dalam pencegahan BSK,
tetapi sampai sekarang belum ada
penelitian berapa banyak buah yang harus
dikonsumsi agar dapat mencegah
timbulnya BSK.17 Penelitian Hirvonen juga
mendapatkan bahwa konsumsi serat yang
rendah akan meningkatkan kejadian BSK
2,06 kali dibandingkan yang mengkonsumsi
makanan tinggi serat (95%Cl : 1,39-3,03).26
5. Vitamin C dosis tinggi
Pada penelitian ini tidak ditemukan
hubungan konsumsi Vitamin C dosis tinggi
dengan kejadian BSK. Hal ini kemungkinan
disebabkan konsumsi vitamin C hanya
dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu
seperti pada saat sakit, sehingga rata-rata
konsumsi vitamin C masih dibawah
90mg/hari.
Eric N melaporkan bahwa ada
hubungan konsumsi Vitamin C dosis tinggi
(1000mg/hari) dengan kejadian BSK. Lakilaki
yang mengkonsumsi Vitamin C
1000mg/hari mempunyai risiko terkena
BSK 1,41 kali lipat lebih besar daripada
yang mengkonsumsi Vitamin C 90 mg/hari
(95%Cl 1,11-1,80; p=0,01).18
Vitamin C dosis tinggi bila dikonsumsi
jangka panjang dapat berbahaya, sebab
Vitamin C akan diubah di dalam tubuh
menjadioksalat. Sintesis oksalat lewat jalur
Vitamin C menghasilkan 35% dari seluruh
oksalat endogen. Oleh karena itu penderita
BSK tidak dianjurkan mengkonsumsi
Vitamin C.29
Variabel bebas yang secara mandiri
(berdasarkan analisis bivariat) memiliki
pengaruh terhadap kejadian BSK tetapi
setelah dilakukan analisis multivariat tidak
berpengaruh terhadap kejadian BSK adalah
kebiasaan olahraga (OR 0,542; 95%Cl :
0,17-1,729), riwayat obesitas (OR 1,12;
95%Cl dna diet tinggi lemak (OR 0,910;
95Cl:0,228-3,629).
6. Kebiasaan Olahraga
Aktivitas yang kurang menyebabkan
pelepasan kalsium tulang akan
meningkat.30
Penelitian yang dilakukan oleh Agung
terhadap sukarelawan yang berolah raga
teratur dan tidak teratur didapatkan kadar
air kemih 24 jam sebagai berikut: Dari 42
sukarelawan didapatkan peningkatan kadar
rata-rata Ca yaitu sebesar 78,48 ± 24,66
pada sukarelawan yang tidak berolah raga
dibaning dengan sukarelawan yang berolah
raga dengan rata-rata Ca sebesar 62,77
26,76 (p=0,048).31
Rata-rata kadar asam urat dalam urin
pada sukarelawan yang tidak berolahraga
teratur sebesar 949,88 ± 316,16
dibandingkan pada yang tidak berolahraga
teratur sebesar 737,71±245,07 (p=0,046).
Nilai rata-rata magnesium pada
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
7
sukarelawan yang tidak berolahraga
sebesar 59,22±27,24 dibandingkan pada
yang berolahraga secara teratur
(42,98±15,82) dengan nilai p=0,03.
Pemekatan air kemih (berat jenis) air kemih
pada sukarelawan yang tidak teratur
berolahraga mengalami pemekatan
1,02±0,00.31
7. Riwayat Obesitas
Taylor dan Stampfer mengemukakan
bahwa obesitas dan peningkatan berat
badan akan meningkatkan risiko BSK21.
Hasil studi tersebut juga mendapatkan
bahwa laki-laki yang mengalami
peningkatan berat badan lebih dari 100 kg
mempunyai risiko terkena BSK 1,44 kali
lebih besar daripada yang mengalami
peningkatan berat badan kurang dari 68,2
kg (95%Cl 1,11-1,86; p=0,002). Risiko lakilakii
yang mengalami peningkatan BB lebih
dari 15,9 kg sejak umur 2 tahun
dibandingkan yang tidak mengalami
peningkatan berat badan21.
BMI berhubungan dengan resiko
kejadian BSK. Risiko laki-laki yang
mempunyai BMI>30 sebesar 1,33 kali
dibandingkan dengan laki-laki dengan BMI
21-22,9 (95%Cl 1,08-1,63; p=0,001).
Penelitian juga menyebutkan bahwa
kandungan asam urat air kemih lebih tinggi
pada orang obese dibandingkan yang tidak
obese21.
Tidak signifikannya pengaruh riwayat
obesitas dengan kejadian BSK setelah
dianalisis multivariat kemungkinan
disebabkan adanya recaal bias riwayat
kegemukan yang pernah dialami
responden. Berat badan didasarkan atas
persepsi dan perkiraan dari responden
bukan berdasarkan hasil pengukuran.
8. Diet Lemak
Hasil Satoshi dan Hiroomi yaitu ada
hubungan yang signifikan antara
hiperkoles terolemia dengan kejadian BSK.
Risiko hiperkolesterolemia untuk terkena
BSK adalah 3,03 kali lipat dibandingkan
yang tidak (95%Cl 1,77-5,20; p<0,0001).
Demikian pula setelah dilakukan analisis
multivariat didapatkan hiperkolesterolemia
(OR 2,74, 95%Cl 1,51-5,00, p=0,001).33
Konsumsi lemak berlebihan di dalam
usus akan mengikat kalsium bebas, maka
oksalat yang diresorbsi menjadi lebih
banyak sehingga menimbulkan
hiperoksaluria dengan akibat terbentuknya
batu kalsium oksalat26. Naya melaporkan
hasil penelitiannya bahwa lemak hewani
dapat menimbulkan batu kalsium oksalat
karena naiknya kadar oksalat dalam air
kemih. Hal ini disebabkan karena di dalam
lemak hewani terdapat asam arakidonat
yang menyebabkan absorbsi oksalat dalam
usus meningkat dengan akibat oksalat di
dalam air kemih juga meningkat sehingga
menyebabkan terbentuknya batu-batu
kalsium oksalat.33
Tidak adanya hubungan yang signifikan
setelah dianalisis multivariat kemungkinan
disebabkan oleh recaal bias responden
dalam melaporkan jumlah dan frekuensi
makan makanan berlemak.
SIMPULAN DAN SARAN
Faktor risiko yang terbukti
berpengaruh teradap kejadian Batu saluran
kemih adalah : kurang minum (OR Adjusted
7,009, 95% Cl: 969-24,944, p=0,003),
Kebiasaan menahan buang air kemih (OR
adjusted 5,954, 95%Cl: 1,919-
18,469,p=0,002), diet tinggi protein (OR
adjusted 3,962, 95%Cl:1,200-13,082,
p=0,024).
Duduk lama saat bekerja (OR adjusted
3,154; 95%Cl:1,007-9,971) berarti bahwa
laki-laki yang duduk lama saat bekerja,
dengan kebiasaan menahan buang air
kemih, kurang minum dan diet tinggi protein
memiliki probabilitas untuk mengalami
kejadian batu saluran kemih sebesar
97,05%.
Faktor risiko yang terbukti tidak
berpengaruh terhadap kejadian BSK adalah
: Riwayat hipertensi (p=0,386), riwayat
keluarga menderita BSK (p=0,156), diet
rendah serat dan konsumsi vitamin C dosis
tinggi (p=1,00).
Bagi Masyarakat disarankan agar minum 2-
2,5 liter (± 8-10 gelas) air setiap hari dan
penting untuk minum 250 ml sebelum tidur,
tidak membiasakan menahan buang air
kemih, tidak berlebihan mengkonsumsi
protein hewani, tidak terlalu lama duduk
dalam bekerja (>4 jam sehari). Bagi Dinas
Kesehatan disarankan meningkatkan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai
faktor-faktor risiko batu saluran kemih,
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
8
tanda, cara pencegahan dan pengobatan,
penyuluhan dengan menggunakan pasien
BSK yang sudah sembuh sebagai contoh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Menon M, Resnick, Martin I. Urinary
Lithiasis: Etiologi and Endourologi, in:
Chambell's Urology, 8th ed, Vol 14, W.B.
Saunder Company, Philadelphia, 2002:
3230-3292.
2. William DM. Clinical and Laboratory
Evaluation of Renal Stone Patiens; in
Endokrinologi and Metabolism Clinic of
North America, W.B. Saunders.
Philadelpian. 1990: 773-779.
3. Clas Berg. Alkaline Citrate in
Prevention of Recurrent Calcium
Oxalate Stone. Dept. of Urology and
Clin, Chem. Lincoping, 1990.
4. Rifki Muslim, Batu Saluran Kemih
Suatu Problem Gaya Hidup dan Pola
Makan serta Analisis Ekonomi pada
Pengobatannya. Pidato Pengukuhan.
Diucapkan pada Upacara Penerimaan
Jabatan Guru Besar Ilmu Bedah Fak.
Kedokteran Undip, 3 Maret 2007.
5. Sya'bani, M. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi ketiga.
Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2001:377-
385.
6. Rifki Muslim. Pengaruh
Hidroklorotiazid dan Natrium
Bikarbonat terhadap Risiko Kambuhan
Batu Kalsium Oksalat Saluran Kemih
Bagian atas. Disertasi, 2004, 116-
117.
7. Herman, Pola Batu Saluran Kemih
di RS Dr. Kariadi, 1989-1993. Karya Tulis
Tahap Akhir PPDS I Bedah. Bag. Tahap
Bedah FK Undip. Semarang. 1995.
8. Stoler, M; Maxwell VM; Horrison,
AM; Kane, JP. The Primary Stone Event:
A New Hypotesis Involving a Vasculer
Etiology. J. Urol.2004. 171 (5): 1920-
1924.
9. Kim, SC; Coe, FL; Tinmouth W et al.
Stone Formation Poortion to Papier
Surface Coverage by Randall's Plaque.
J. Urol. 2005, 173 (1): 117.
10. Kleinbaum, D.G. Logictic
Regression A: Self Learning Text.
Springer-Verlag New York. 1994: 2-
30.
11. Bhisma M. Prinsip dan Metode Riset
Epidemiologi. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta. 1987:110-124.
12. Coe, FL and Park JH.
Nephrolithiasis, Phatogenesis and
Treatment. Year Book Medical
Publisher Inc, 1988:155- 279.
13. Roswita, S; Nicol N, Evon; G;
Hesse, A. The Efficacy of Dietary
Intervention on Uninary Risk Factor
for Stone Formation in Recurrent
Kalsium Oxalate Stone Patiens. J.
Urol. Vol 155, Issue 2. Page 432-440.
February. 1996.
14. Dimas, M. Hubungan Kesadapan
Infeksi pada Penderita Batu Saluran
Kemih. PIT Ikabi Yogyakarta 12-14 Juli
2007.
15. Rita, M. Hubungan Kesadahan Air
Sumur dengan Kejadian Penyakit BSK
di Brebes. FKM Undip.2006.
16. Curhan, G.C; Willet W.C; Speizer,
F.E. Comparison of Dietery Calcium with
Suplemental Calcium and Other
Nutrients as Factors Affecting the risk
for Kidney Stone. Am. Intern. Med.
1997; 126:497-504.
17. Ng Tze Pin, Ng Yuen Ling and Lee
Hock Siang. Dehidration from Outdoor
work and Urinary Stone in a Tropical
Environment. Occupational Medicine
Volume 42. Number 1 Pp 30-32. ISSN
1471-8405.2007
18. Eric N, Taylor, Meir J. Stampfer and
Gary Curhan. Dietary Factors and the
Risk of Incident Kidney Stone in Men:
new Insight after 14 years of Follow up.
J. Am, Soc. Nephrol 15: 3225-3232,
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
9
2004.
19. Townsend CE. Diet for Renal Disease,
in Nutrition and Diet Therapy; Delman
Publisher Inc, 1983: 299-301.
20. Itoh, R. Nishiyama, N; Suyama, Y.
Dietary Protein and Urinary Excretion of
Calcium: A. Cross Sectional Study in a
health Japanese population. Am. J.
Clin. Ntr. 1998: 438-444.
21. Sherwood, Lauralee. 2001. Human
Physiology: From Cells to System.
Penerbit buku kedokteran ECG.
Cetakan I Jakarta,
22. Tusokhowong P, Chanchay. Crystalin
Composition and Etiologic Factors of
Kidney Stone in Thailand Asian
Biomedicine Vol 1 no. 1 Juni 2007.
23. Govidaraj, A and Sevan, M. An Oxalate
Binding Protein with Crystal Growth
Promotes Activity from Human Kidney
Stone Matrix. BJU. Int. 2002; 90,336
24. Rivers K, Shetty S and Menon. When
and How to Evaluate of Patien with
Nephrolitiasis, in the Urologic Clinic of
North America, Vol 27, 2.2000,2:203-
212.
25. Mallete L.E. Regulation of Blood
Calcium in Humans in Endocrinology
and Metabolism Clinic of North
America. 1989: 3: 601-609.
26. Goldfarb, Stanly. The Role of Diet in the
Patogenesis Endocrinology and
Metabolism Clinic of North America.
W.B Saunder. Philadelphia. 1990: 805-
815.
27. Tiselius, H.G. possibility for Preventing
Reccurent Calcium Stone Disease:
Principle for The Metabolic Evaluation
of Patiens with Calcium Stone Disease.
BJU Int. 2001; 88; 158-168.
28. Hirvonen,T. Pirjopietinen. Nutrien Intake
and Use of Beverages and The Risk of
Kidney Stone Among Male Smoker.
American Journal Epidemiology. 1999;
150:187-94.
29. Bredy, L.L. Preoperative Renal
Problem, Decision Making in
Anesthesiology an Algorithmic
Approach 3 rd edition. St Lois: Mosby.
2000; 79:228.
30. Agung, P. Pengaruh Olahraga terhadap
Pembentukan Batu Saluran Kemih. PIT
Yogyakarta. 2007.
31. Taylor, E.N. Stampfer M.J., Curhan.
Obesity, Weight Gain and Risk of
Kidney Stone. International Braz Urol.
Vol 31. No1. Rio De Janeiro. Jan. 2005;
293: 455-62.
32. Satoshi, H. Kidney Stone Disease and
Risk Factor of CHD. International
Journal of Urology. 12 (10). 2005: 859-
863.
33. Naya, Ito. Association of Dietary Fatty
Acid with Urinary Oxalate Excretion.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com</description><date>2008-04</date><type>Journal:Article</type><type>PeerReview:NonPeerReviewed</type><type>File:application/pdf</type><identifier>http://eprints.undip.ac.id/5280/1/Nurlina.pdf</identifier><identifier>Lina, Nur (2008) Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki (Studi Kasus di RS. Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang). Jurnal Epidemiologi . (Unpublished)</identifier><relation>http://eprints.undip.ac.id/5280/</relation><recordID>5280</recordID></dc>
|
format |
Journal:Article Journal PeerReview:NonPeerReviewed PeerReview File:application/pdf File |
author |
Lina, Nur |
title |
Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki (Studi Kasus di
RS. Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang) |
publishDate |
2008 |
topic |
R Medicine (General) |
url |
http://eprints.undip.ac.id/5280/1/Nurlina.pdf http://eprints.undip.ac.id/5280/ |
contents |
1
Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki (Studi Kasus di
RS. Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang)
Risk Factors of Urolithiasis on Male (Case Study at Kariadi, Roemani and Islamic Sultan
Agung Hospital of Semarang)
Nur Lina1, Suharyo Hadisaputro2, Rifki Muslim3
Program Studi Magister Epidemiologi UNDIP
Program Pascasarjana UNDIP
FK UNDIP Bagian Bedah
Background: Urinary Stone Disease also called urolithiasis had sever from human since
4800 before century. Urolithiasis relapse value during one 15-17%, during 4-5 years was
50%, 10 years was 75% and 95-100% during 20-25 years. Urolithiasis causes mild
stadium pain until uremia syndrome and kidney fuction disturbance, severe
consequences may provoke to death. Urolithiasis on Male was 3-4 higher than on
Female. Its formation was influenced by intrinsic and extrinsic factors.
Objective: This study has objective to provide intrinsic and extrinsic as risk factors
occurrence of urolithiasis on Male.
Method: This was an observational research type with control case design. Location set
on Kariadi, Roemani, and Islamic Sultan Agung Hospital. The number of samples are 44
cases and using 44 as controls. Data analyzing was performed using univariate, bivariate
and multivariat logistic regression method by program of SPSS version 11.5
Results: showed that significant proved of occurrence risk factor of urolithiasis are
inadequate drink (OR adjusted = 7.009; 95%Cl: 1.969-24.944), holding urinary habit (OR
adjusted = 5.954; 95%Cl: 1.919-18.469), high protein diet (OR adjusted = 3.962; 95%Cl
1.200-13.082), sit too long while working (OR adjusted = 3.154; 95%Cl; 1,007-9,971).
Conclution that draw from this study: male whom sit too long while working, with habit like
to hold urinary, inadequate drinking and having protein diet, having high probability to
experience urolithiasis occurrence by 97.05%.
Suggestion: Based on such conclution, it is suggested to drink 2-2.5 liters (about 8-10
glasses) a day and important to drink 250 ml fresh water before get sleep at night, avoid
to hold urinary, concume adequate protein, avoid sit too long while working and interlude
it by stand up and walking around.
Keyword: risk factors, urolithiasis, male, Semarang
Reference: 33 (1982-2007)
PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih yang
selanjutnya disingkat BSK adalah
terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat
dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi. BSK
sudah diderita manusia sejak zaman
dahulu, hal ini dibuktikan dengan diketahui
adanya batu saluran kemih pada mummi
Mesir yang berasal dari 4800 tahun
sebelum Masehi. Hippocrates yang
merupakan bapak ilmu Kedokteran
menulis 4 abad sebelum Masehi tentang
penyakit batu ginjal disertai abses ginjal
dan penyakit Gout.1
Angka kekambuhan BSK dalam satu
tahun 15-17%, 4-5 tahun 50%, 10 tahun
75% dan 95-100 tahun dalam 20-25 tahun.
Apabila BSK kambuh maka dapat terjadi
peningkatan mortalitas dan peningkatan
biaya pengobatan. Manifestasi BSK dapat
berbentuk rasa sakit yang ringan sampai
berat dan komplikasi seperti urosepsis dan
gagal ginjal.2
Kejadian BSK di Amerika Serikat
dilaporkan 0,1-0,3 per tahun dan sekitar 5-
ARTIKEL PUBLIKASI
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
2
10% penduduknya sekali dalam hidupnya
pernah menderita penyakit ini, di Eropa
Utara 3-6%, sedangkan di Eropa Bagian
Selatan di sekitar laut tengah 6-9%. Di
Jepang 7% dan di Taiwan 9,8%
sedangkan di Indonesia sampai saat ini
angka kejadian BSK yang sesungguhnya
belum diketahui, diperkirakan 170.000
kasus per tahun.3,4,5
BSK pada laki-laki 3-4 kali lebih
banyak daripada wanita 1,2. Hal ini
mungkin karena kadar kalsium air kemih
sebagai bahan utama pembentuk batu
pada wanita lebih rendah daripada
laki-laki. Batu saluran kemih banyak
dijumpai pada orang dewasa antara umur
30-60 tahun dengan rerata umur 42,20
tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata
40,20 tahun).1,6,7
Secara garis besar pembentukan
BSK dipengaruhi oleh faktor Instrinsik dan
Ekstrinsik. Faktor Intrinsik adalah faktor
yang berasal dari dalam individu sendiri
seperti herediter/keturunan, umur, jenis
kelamin. Faktor ekstrinsik adalah faktor
yang berasal dari luar individu seperti
kondisi geografis daerah, faktor lingkungan,
jumlah air minum, diet, lama duduk saat
bekerja, olah raga, obesitas, kebiasaan
menahan buang air kemih dan konsumsi
vitamin C dosis tinggi. 4,8,9
Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan risiko instrinsik dan ekstrinsik
faktor risiko kejadian BSK pada laki-laki.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian yang digunakan
adalah penelitian observational dengan
rancangan kasus kontrol. Studi kasus
kontrol ini dipilih dengan pertimbangan
dapat digunakan untuk mencari hubungan
seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi
terjadinya penyakit. Kekuatan hubungan
sebab akibat desain kasus kontrol lebih
kuat dibandingkan dengan Cross sectional,
biaya lebih murah, lebih mudah dilakukan,
cepat, tidak memerlukan sampel besar dan
dapat meneliti sejumlah paparan terhadap
penyakit batu saluran kemih.10,11
Populasi referen pada penelitian ini
adalah semua Laki-laki penderita Batu
Saluran Kemih dan yang tidak menderita
BSK yang 1 dirawat di Rumah Sakit-Rumah
Sakit di Kota Semarang. Populasi studi
dalam penelitian ini adalah kasus BSK laki
dan laki-laki yang tidak BSK yang
ditemukan di Rumah Sakit Dr. Kariadi
Semarang, RS Roemani dan RSI Sultan
Agung yang didiagnosis secara klinis dan
konfirmasi laboratorik menderita atau tidak
menderita Batu Saluran Kemih yang
tercatat dalam Medical Record. BSK (+)
ditegakkan dengan diagnosa: pemeriksaan
USG, Rotgen/Foto Polos Abdomen (FPA)
(+), Urografi intravena (UIV). BSK (-) adalah
laki-laki yang dirawat di bagian bedah pada
minggu yang tidak sama dengan kasus
BSK (+) tetapi tidak menunjukkan diagnosa
BSK.
Rumus yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rumus besar sampel
untuk penelitian kasus kontrol.4) Odds
Ratio perkiraan minimal sebesar 2,48.
Besar sampel yang diperlukan sebanyak
44 kasus dan 44 kontrol.
Pengolahan data meliputi Cleaning,
Editing, Coding, Entry Data, Analisis data
hasil penelitian disajikan secara univariat
(deskritif) untuk mengetahui proporsi
masing-masing variabel. Program SPSS
versi 11,5 digunakan untuk analisis data
bivariat dengan uji X2 (Chi Square) yakni
menganalisis hubungan masing-masing
faktor risiko dengan kejadian BSK dan
mendapatkan faktor risiko (Odds Ratio),
yang bermakna dengan tingkat
kepercayaan α=0,05 dan Confidence
Interval (CI)=95%. Selanjutnya variabel
yang mempunyai korelasi cukup kuat dalam
hal ini p<0,05 dan p<0,25 pada analisis
univariat tetapi secara biologis bermakna
dilakukan analisis multivariat. Untuk
memperoleh pengaruh variabel bebas
(faktor risiko) terhadap variabel terikat
dilakukan uji Regresi Logistik Berganda
dengan metode enter. Kemungkinan
interaksi antara dua variabel atau lebih
dilakukan apabila ada dua kemungkinan
hubungan biologis atau statistik dengan
memasukkan interaksi ke dalam model.
Kemungkinan interaksi antara dua variabel
atau lebih dilakukan apabila ada dua
kemungkinan hubungan biologis atau
statistik dengan memasukkan interaksi ke
dalam model.10
HASIL PENELITIAN
Penderita BSK paling muda berumur
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
3
15 tahun dan paling tua berumur 72 tahun.
Kasus BSK terbanyak ditemukan pada
rentang umur 40-49 tahun. Proporsi
terbesar responden berpendidikan lulus
SD. Proporsi terbesar kasus bekerja
sebagai petani (25%), sebanding proporsi
terbesar pada kelompok kontrol mempunyai
pekerjaan wiraswasta (23%). Lokasi BSK
paling banyak dijumpai di ginjal yaitu
sebanyak 22 orang (36%). Batu staghorn
didapatkan dengan persentase 14%.
Sebagian besar materi pembentuk batu
adalah Tripel Fosfat yaitu sebesar (32%).
Gejala yang paling dirasakan oleh
penderita kasus BSK adalah nyeri pinggang
(79-54%).
Tabel 1
Hasil Analisis Bivariat
Faktor Risiko Batu Saluran Kemih dengan Kejadian Batu Saluran Kemih
No Variabel p OR 95% Cl
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Riwayat Hipertensi
Riwayat Keluarga BSK
Duduk Lama Saat Bekerja
Kebiasaan Olahraga
Riwayat Obesitas
Kebiasaan Menahan BAK
Kurang Minum
Diet Tinggi Protein
Diet Tinggi Lemak
Diet Rendah Serat
Konsumsi Vitamin C Dosis Tinggi
0,386
0,156
0,003
0,019
0,018
<0,001
<0,001
0,005
0,009
0,667
1,00
1,458
2,294
3,787
0,360
2,862
9,067
7,635
3,444
3,659
0,204
1,000
0,621 – 3,426
0,714 – 7,376
1,559 – 9,200
0,152 – 0,852
1,189 – 6,888
3,443 – 23,873
2,790 – 20,897
1,424 – 8,333
1,337 – 10,016
0,517 – 2,801
0,268 – 3,731
Hasil analisis multivariat penelitian ini,
terdapat 4 variabel yang terbukti
berpengaruh terhadap kejadian BSK.
Selengkapnya seperti tertera pada
tabel 2 berikut:
Tabel 2
Model Akhir Regresi Logistik Berganda Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih
Variabel
β p OR Adjusted
95% Cl
Bawah Atas
Duduk Lama saat bekerja
Kebiasaan menahan BAK
Kurang minum
Diet Protein
Konstanta
1,149
1,784
1,947
1,377
-2,764
0,049
0,002
0,003
0,024
0,000
3,154
5,954
7,009
3,962
0,063
1,007
1,919
1,969
1,200
9,871
18,469
24,944
13,082
Berdasarkan hasil akhir analisis
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
4
dengan menggunakan metode regresi
logistik berganda maka, laki-laki yang duduk
lama saat bekerja, dengan kebiasaan
menahan buang air kemih, kurang minum
dan diet tinggi protein mmeiliki probabilitas
untuk mengalami kejadian batu saluran
kemih sebesar 97,05%.
PEMBAHASAN
A. Faktor yang terbukti merupakan faktor
risiko
1. Duduk lama saat bekerja
Laki-laki yang terlalu banyak duduk atau
hanya ditempat tidur saja, maka kalsium
tulang akan dilepas ke darah, selanjutnya
hiperkalsemia akan memacu timbulnya
batu saluran kemih karena adanya
supersaturasi elektrolit/kristal dalam air
kemih. Kenaikan konsentrasi bahan
pembentuk batu di dalam tabulus renalis
akan merubah zona stabil saturasi rendah
menjadi zona supersaturasi metastabil dan
bila konsentrasinya makin tinggi menjadi
zona saturasi tinggi.12
2. Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan sering menahan BAK
menimbulkan statis air kemih. Stasis air
kemih menimbulkan hipersaturasi dan
agregasi kristal sehingga timbul BSK.
Stasis air kemih juga sering menyebabkan
infeksi urea spliting bacteria. Kuman yang
termasuk bakteri pemecah urea tersebut
menghasilkan urease yang memecah urea
menjadi ammonium yang mengakibatkan
kenaikan pH air kemih menjadi basa.
Keadaan ini memudahkan terbentuknya
ammonium magnesiumm fosfat atau batu
struvit.13
Hasil penelitian Sindhu dari 110 penderita
BSK yang berobat, kuman terbanyak yang
menyebabkan infeksi pada penderita BSK
adalah E. coli (22,7%), Enterobacter sp
(20%), Staphilococu epidermidis 10%,
Pseudomonas 8,1%, Staphilococus aureus
(1,8%), Proteus mirabilis 0,9%, Klebsiela
0,90%.14
3. Kurang minum
Penelitian yang dilakukan oleh Rita
mendapatkan hasil bahwa responden yang
mempunyai kebiasaan minum kurang dari
1,5 liter per hari mempunyai risiko 4,911
kali lebih besar untuk terkena BSK
dibandingkan responden yang mempunyai
kebiasaan jumlah minum yang cukup.15
Penelitian lain oleh Curhan memberikan
hasil bahwa minum air putih merupakan
faktor protektif terhadap kejadian BSK
dengan RR 0,71; 95% Cl: 0,52-0,97).16 Hal
ini berarti bahwa penelitian ini selaras
dengan penelitian sebelumnya sehingga
memenuhi aspek konsistensi dari asosiasi
kausal.
Penelitian yang dilakukan oleh Ng
Tze melaporkan bahwa Prevalensi BSK 5
kali lebih besar pada pekerja di luar
ruangan (5,2%) dibandingkan yang ada di
dalam ruangan (0,85%) p = 0,0517
Eric melaporkan bahwa diet cairan
mencegah kejadian BSK dengan RR 0,71
(95%Cl 0,59-0,85; p < 0,001).18
Air sangat penting dalam proses
pembentukan BSK, bila seseorang
kekurangan air minum maka dapat terjadi
supersaturasi bahan pembentuk batu. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya BSK.
Pada penderita dengan dehidrasi kronik pH
air kemih cenderung turun, berat jenis air
kemih naik, saturasi asam urat naik dan
menyebabkan terjadinya penempelan
kristal kalsium oksalat pada kristal asam
urat (teori epitaksi). Penderita dianjurkan
minum 2500 ml per hari dan atau
dianjurkan minum 250 ml tiap 4 jam
ditambah 250 ml tiap kali makan, sehingga
diharapkan menghasilkan sekitar 2000 ml
air kemih, yang cukup untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya BSK.19
Berdasarkan hasil pemeriksaan air
minum responden yang dilakukan di Balai
Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Semarang didapatkan bahwa tidak ada
responden yang mempunyai kadar
kesadaran total diatas ambang batas yang
ditetapkan oleh Permenkes RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu > 500 mg/L
Penelitian lain yang dilakukan oleh Maryani
yang mendapatkan hasil ada hubungan
bermakna antara kejadian BSK dengan
kesadaran total air minum (OR = 34,
95%Cl:5,834-198, 154).15
4. Diet tinggi protein
Penelitian ini menemukan hubungan
diet tinggi protein dengan kejadian BSK.
Laki-laki yang mempunyai diet tinggi
protein memiliki risiko sebesar 3,96 (95%
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
5
Cl 1,2-13,08) dibanding dengan laki-laki
yang tidak memiliki diet tinggi protein.
Penelitian Eric menunjukkan bahwa diet
protein hewani berhubungan dengan
kejadian BSK pada laki-laki yang
mempunyai BMI<25, RR=1,38 (95%Cl
1,05-1,81; p=0,03).18
Penelitian Curhan mendapatkan RR
laki-laki yang makan tinggi protein hewani
adalah 1,33 kali lipat dibandingkan yang
tidak. Pada penelitian Ito terhadap
kebiasaan makan pada 349 laki-laki dan
406 wanita Jepang yang diperiksa kadar
kalsium dalam air kemihnya, ternyata
protein hewani dalam makanan akan
meningkatkan kadar kalsium dalam air
kemih sedangkan protein dari tumbuhtumbuhan
tidak menaikkan kadar kalsium
dalam air kemih. Konsumsi protein yang
berlebih-lebihan meningkatkan kadar
kalsium serta menurunkan kadar sitrat
dalam air kemih.20 Penambahan 75 gram
protein pada diet normal tiap hari dapat
menimbulkan kenaikan kadar kalsium
dalam air kemih sebesar 100%.21
Penelitian Tosukhowong
mendapatkan bahwa sebagian besar kasus
BSK mengkonsumsi protein hewani lebih
dari 2 kali sehari.28 Pada orang yang
banyak mengkonsumsi protein hewani
misalnya daging, pada metabolisme
proteinhewani misalnya daging, pada
metabolisme protein akan diubah menjadi
triptofan dan hidroksiprolin triptofan mudah
diubah menjadi oksalat dan hidroksiprolin
akan dimetabolisme menjadi oksalat
melalui jalur glikosilat, hal ini memenuhi
aspek biologic plausibility dari asosiasi
kausal. Penelitian Eric menunjukkan bahwa
diet protein hewani berhubungan dengan
kejadian BSK pada laki-laki yang
mempunyai BMI<25, RR=1,38 (95%Cl
1,05-1,81; p=0,03).18
B. Faktor yang tidak terbukti merupakan
faktor risiko
1. Riwayat hipertensi
Dalam penelitian ini diketahui bahwa
responden yang mempunyai riwayat
hipertensi mempunyai risiko 1,458 untuk
terkena BSK dibandingkan dengan yang
tidak mempunyai riwayat hipertensi, namun
secara statistik menunjukkan tidak ada
hubungan antara riwayat hipertensi dan
kejadian BSK p=0,386.22 Hal ini berbeda
dengan hasil penelitian Satoshi dan
Hiroomi (2005) yang menunjukkan adanya
hubungan antara hipertensi dan kejadian
batu saluran kemih. Risiko hipertensi untuk
menderita BSK adalah sebesar 4,41 kali
lipat dibandingkan yang tidak hipertensi
(95%Cl 2,85-6,84, p<0,0001) dan setelah
dilakukan adjusted dengan analisis
multivariat didapatkan bahwa risiko
hipertensi untuk menderita BSK adalah
sebesar 3,57 kali lipat dibandingkan yang
tidak hipertensi (95% Cl 2,11-6,07;
p<0,001).23
2. Riwayat keluarga BSK
Penelitian oleh Tosukhowong juga
menunjukkan bahwa hanya 31,9% dari
pasien BSK yang mempunyai riwayat
keluarga pernah terkena BSK. Hal ini
berbeda dengan hasil penelitian G.C.
Curhan yang melaporkan bahwa riwayat
keluarga BSK lebih banyak didapatkan
pada pria dengan BSK dibandingkan pada
pria dengan tanpa riwayat BSK (Age
adjusted Prevalence Odds Ratio 3,16;
95%Cl 2,90-3,45).
Penelitian menyebutkan bahwa risiko
kelainan poligenik lebih besar pada
keturunandiman salah satu dari orang tua
menderita BSK dibandingkan yang tidak
BSK dan lebih besar lagi jika kedua orang
tua atau saudara sekandung tidak ada yang
menderita BSK sebesar 29,2%. Risiko
meningkat menjadi 44,1% jika saudara lakilaki
menderita BSK, 58% jika ayah
penderita BSK, 66,4% jika ibu menderita
BSK dan 92,5% jika kedua orang tua
menderita BSK. Hesse menyebutkan
bahwa terdapat bentuk yang tidak biasa
dari glikoprotein Tamm-Horsfall yang
diturunkan secara genetik. Kemungkinan
gen tersebut mempengaruhi ekskresi
kalsium, oksalat dan sitrat air kemih yang
dapat terlihat dari analisis ekskresi air
kemih 24 jam pada penderita.23
3. Diet Serat
Pada penelitian ini diketahui bahwa
secara statistik menunjukkan tidak ada
hubungan antara diet rendah serat dengan
kejadian batu saluran kemih dngan nilai p =
0,667. Beberapa sayuran mengandung
cukup kalsium dan oksalat dan beberapa
sayuran lain mampu menurunkan pH air
kemih. Sayuran yang banyak mengandung
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
6
kalsium misalnya bayam, daun so, sawi,
daun singkong, daun pepaya dan daun
katuk. Sayuran yang banyak mengandung
oksalat misalnya sawi (1336mg/100g),
bayam (660mg/100g), kedelai, brokoli dan
asparagus (ketiganya kurang dari 100
mg/100g).24
Diet rendah kalsium yang ketat akan
berakibat penurunan kalsium serum yang
dapat memicu timbulnya hiperparatiroid
sekunder, hal ini disebabkan pengaruh
hormon paratiroid (PTH) dan kalsitriol yang
naik dan mengeluarkan kalsium dari tulang
(dekalsifikasi) sehingga terjadi
osteoporosis.25 Goldfarb menyatakan
bahwa diet rendah kalsium tidak perlu dan
dapat berbahaya karena kesimbangan
kalsium tubuh (kalcium balance) menjadi
negatif, kalsium dalam air kemih menjadi
turun, terjadi kenaikan 1,25 (OH)2, Vitamin
D3 yang mengakibatkan pengambilan
kalsium dari tulang sehingga menjadi
osteoporosis.26
4. Diet Serat
Menurut Tiselius, serat didalam
makanan berpengaruh pada pembentukan
BSK sebab serat akan mengikat kalsium di
lumen usus sehingga kalsium yang diserap
berkurang, selain itu juga akan mengurangi
waktu transit makanan dalam usus,
merubah respons hormon, dan mengurangi
kalori yang masuk. Hal ini akan
mengakibatkan kadar kalsium dalam darah
menurun sehingga kadar kalsium dalam air
kemih juga menurun. Oleh karena itu makin
banyak konsumsi serat, makin kecil pula
kemungkinan terbentuknya batu kalsium
oksalat saluran kemih.27
Serat banyak didapatkan pada
sayuran dan buah-buahan. Buah-buahan
terutama jeruk mengandung sitrat yang
setelah diresorbsi di usus akan diubah
menjadi bikarbonat dalam plasma,
sehingga pH air kemih naik, dan sekresi
sitrat dalam air kemih naik. Hal ini sangat
menguntungkan dalam pencegahan BSK,
tetapi sampai sekarang belum ada
penelitian berapa banyak buah yang harus
dikonsumsi agar dapat mencegah
timbulnya BSK.17 Penelitian Hirvonen juga
mendapatkan bahwa konsumsi serat yang
rendah akan meningkatkan kejadian BSK
2,06 kali dibandingkan yang mengkonsumsi
makanan tinggi serat (95%Cl : 1,39-3,03).26
5. Vitamin C dosis tinggi
Pada penelitian ini tidak ditemukan
hubungan konsumsi Vitamin C dosis tinggi
dengan kejadian BSK. Hal ini kemungkinan
disebabkan konsumsi vitamin C hanya
dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu
seperti pada saat sakit, sehingga rata-rata
konsumsi vitamin C masih dibawah
90mg/hari.
Eric N melaporkan bahwa ada
hubungan konsumsi Vitamin C dosis tinggi
(1000mg/hari) dengan kejadian BSK. Lakilaki
yang mengkonsumsi Vitamin C
1000mg/hari mempunyai risiko terkena
BSK 1,41 kali lipat lebih besar daripada
yang mengkonsumsi Vitamin C 90 mg/hari
(95%Cl 1,11-1,80; p=0,01).18
Vitamin C dosis tinggi bila dikonsumsi
jangka panjang dapat berbahaya, sebab
Vitamin C akan diubah di dalam tubuh
menjadioksalat. Sintesis oksalat lewat jalur
Vitamin C menghasilkan 35% dari seluruh
oksalat endogen. Oleh karena itu penderita
BSK tidak dianjurkan mengkonsumsi
Vitamin C.29
Variabel bebas yang secara mandiri
(berdasarkan analisis bivariat) memiliki
pengaruh terhadap kejadian BSK tetapi
setelah dilakukan analisis multivariat tidak
berpengaruh terhadap kejadian BSK adalah
kebiasaan olahraga (OR 0,542; 95%Cl :
0,17-1,729), riwayat obesitas (OR 1,12;
95%Cl dna diet tinggi lemak (OR 0,910;
95Cl:0,228-3,629).
6. Kebiasaan Olahraga
Aktivitas yang kurang menyebabkan
pelepasan kalsium tulang akan
meningkat.30
Penelitian yang dilakukan oleh Agung
terhadap sukarelawan yang berolah raga
teratur dan tidak teratur didapatkan kadar
air kemih 24 jam sebagai berikut: Dari 42
sukarelawan didapatkan peningkatan kadar
rata-rata Ca yaitu sebesar 78,48 ± 24,66
pada sukarelawan yang tidak berolah raga
dibaning dengan sukarelawan yang berolah
raga dengan rata-rata Ca sebesar 62,77
26,76 (p=0,048).31
Rata-rata kadar asam urat dalam urin
pada sukarelawan yang tidak berolahraga
teratur sebesar 949,88 ± 316,16
dibandingkan pada yang tidak berolahraga
teratur sebesar 737,71±245,07 (p=0,046).
Nilai rata-rata magnesium pada
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
7
sukarelawan yang tidak berolahraga
sebesar 59,22±27,24 dibandingkan pada
yang berolahraga secara teratur
(42,98±15,82) dengan nilai p=0,03.
Pemekatan air kemih (berat jenis) air kemih
pada sukarelawan yang tidak teratur
berolahraga mengalami pemekatan
1,02±0,00.31
7. Riwayat Obesitas
Taylor dan Stampfer mengemukakan
bahwa obesitas dan peningkatan berat
badan akan meningkatkan risiko BSK21.
Hasil studi tersebut juga mendapatkan
bahwa laki-laki yang mengalami
peningkatan berat badan lebih dari 100 kg
mempunyai risiko terkena BSK 1,44 kali
lebih besar daripada yang mengalami
peningkatan berat badan kurang dari 68,2
kg (95%Cl 1,11-1,86; p=0,002). Risiko lakilakii
yang mengalami peningkatan BB lebih
dari 15,9 kg sejak umur 2 tahun
dibandingkan yang tidak mengalami
peningkatan berat badan21.
BMI berhubungan dengan resiko
kejadian BSK. Risiko laki-laki yang
mempunyai BMI>30 sebesar 1,33 kali
dibandingkan dengan laki-laki dengan BMI
21-22,9 (95%Cl 1,08-1,63; p=0,001).
Penelitian juga menyebutkan bahwa
kandungan asam urat air kemih lebih tinggi
pada orang obese dibandingkan yang tidak
obese21.
Tidak signifikannya pengaruh riwayat
obesitas dengan kejadian BSK setelah
dianalisis multivariat kemungkinan
disebabkan adanya recaal bias riwayat
kegemukan yang pernah dialami
responden. Berat badan didasarkan atas
persepsi dan perkiraan dari responden
bukan berdasarkan hasil pengukuran.
8. Diet Lemak
Hasil Satoshi dan Hiroomi yaitu ada
hubungan yang signifikan antara
hiperkoles terolemia dengan kejadian BSK.
Risiko hiperkolesterolemia untuk terkena
BSK adalah 3,03 kali lipat dibandingkan
yang tidak (95%Cl 1,77-5,20; p<0,0001).
Demikian pula setelah dilakukan analisis
multivariat didapatkan hiperkolesterolemia
(OR 2,74, 95%Cl 1,51-5,00, p=0,001).33
Konsumsi lemak berlebihan di dalam
usus akan mengikat kalsium bebas, maka
oksalat yang diresorbsi menjadi lebih
banyak sehingga menimbulkan
hiperoksaluria dengan akibat terbentuknya
batu kalsium oksalat26. Naya melaporkan
hasil penelitiannya bahwa lemak hewani
dapat menimbulkan batu kalsium oksalat
karena naiknya kadar oksalat dalam air
kemih. Hal ini disebabkan karena di dalam
lemak hewani terdapat asam arakidonat
yang menyebabkan absorbsi oksalat dalam
usus meningkat dengan akibat oksalat di
dalam air kemih juga meningkat sehingga
menyebabkan terbentuknya batu-batu
kalsium oksalat.33
Tidak adanya hubungan yang signifikan
setelah dianalisis multivariat kemungkinan
disebabkan oleh recaal bias responden
dalam melaporkan jumlah dan frekuensi
makan makanan berlemak.
SIMPULAN DAN SARAN
Faktor risiko yang terbukti
berpengaruh teradap kejadian Batu saluran
kemih adalah : kurang minum (OR Adjusted
7,009, 95% Cl: 969-24,944, p=0,003),
Kebiasaan menahan buang air kemih (OR
adjusted 5,954, 95%Cl: 1,919-
18,469,p=0,002), diet tinggi protein (OR
adjusted 3,962, 95%Cl:1,200-13,082,
p=0,024).
Duduk lama saat bekerja (OR adjusted
3,154; 95%Cl:1,007-9,971) berarti bahwa
laki-laki yang duduk lama saat bekerja,
dengan kebiasaan menahan buang air
kemih, kurang minum dan diet tinggi protein
memiliki probabilitas untuk mengalami
kejadian batu saluran kemih sebesar
97,05%.
Faktor risiko yang terbukti tidak
berpengaruh terhadap kejadian BSK adalah
: Riwayat hipertensi (p=0,386), riwayat
keluarga menderita BSK (p=0,156), diet
rendah serat dan konsumsi vitamin C dosis
tinggi (p=1,00).
Bagi Masyarakat disarankan agar minum 2-
2,5 liter (± 8-10 gelas) air setiap hari dan
penting untuk minum 250 ml sebelum tidur,
tidak membiasakan menahan buang air
kemih, tidak berlebihan mengkonsumsi
protein hewani, tidak terlalu lama duduk
dalam bekerja (>4 jam sehari). Bagi Dinas
Kesehatan disarankan meningkatkan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai
faktor-faktor risiko batu saluran kemih,
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
8
tanda, cara pencegahan dan pengobatan,
penyuluhan dengan menggunakan pasien
BSK yang sudah sembuh sebagai contoh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Menon M, Resnick, Martin I. Urinary
Lithiasis: Etiologi and Endourologi, in:
Chambell's Urology, 8th ed, Vol 14, W.B.
Saunder Company, Philadelphia, 2002:
3230-3292.
2. William DM. Clinical and Laboratory
Evaluation of Renal Stone Patiens; in
Endokrinologi and Metabolism Clinic of
North America, W.B. Saunders.
Philadelpian. 1990: 773-779.
3. Clas Berg. Alkaline Citrate in
Prevention of Recurrent Calcium
Oxalate Stone. Dept. of Urology and
Clin, Chem. Lincoping, 1990.
4. Rifki Muslim, Batu Saluran Kemih
Suatu Problem Gaya Hidup dan Pola
Makan serta Analisis Ekonomi pada
Pengobatannya. Pidato Pengukuhan.
Diucapkan pada Upacara Penerimaan
Jabatan Guru Besar Ilmu Bedah Fak.
Kedokteran Undip, 3 Maret 2007.
5. Sya'bani, M. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi ketiga.
Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2001:377-
385.
6. Rifki Muslim. Pengaruh
Hidroklorotiazid dan Natrium
Bikarbonat terhadap Risiko Kambuhan
Batu Kalsium Oksalat Saluran Kemih
Bagian atas. Disertasi, 2004, 116-
117.
7. Herman, Pola Batu Saluran Kemih
di RS Dr. Kariadi, 1989-1993. Karya Tulis
Tahap Akhir PPDS I Bedah. Bag. Tahap
Bedah FK Undip. Semarang. 1995.
8. Stoler, M; Maxwell VM; Horrison,
AM; Kane, JP. The Primary Stone Event:
A New Hypotesis Involving a Vasculer
Etiology. J. Urol.2004. 171 (5): 1920-
1924.
9. Kim, SC; Coe, FL; Tinmouth W et al.
Stone Formation Poortion to Papier
Surface Coverage by Randall's Plaque.
J. Urol. 2005, 173 (1): 117.
10. Kleinbaum, D.G. Logictic
Regression A: Self Learning Text.
Springer-Verlag New York. 1994: 2-
30.
11. Bhisma M. Prinsip dan Metode Riset
Epidemiologi. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta. 1987:110-124.
12. Coe, FL and Park JH.
Nephrolithiasis, Phatogenesis and
Treatment. Year Book Medical
Publisher Inc, 1988:155- 279.
13. Roswita, S; Nicol N, Evon; G;
Hesse, A. The Efficacy of Dietary
Intervention on Uninary Risk Factor
for Stone Formation in Recurrent
Kalsium Oxalate Stone Patiens. J.
Urol. Vol 155, Issue 2. Page 432-440.
February. 1996.
14. Dimas, M. Hubungan Kesadapan
Infeksi pada Penderita Batu Saluran
Kemih. PIT Ikabi Yogyakarta 12-14 Juli
2007.
15. Rita, M. Hubungan Kesadahan Air
Sumur dengan Kejadian Penyakit BSK
di Brebes. FKM Undip.2006.
16. Curhan, G.C; Willet W.C; Speizer,
F.E. Comparison of Dietery Calcium with
Suplemental Calcium and Other
Nutrients as Factors Affecting the risk
for Kidney Stone. Am. Intern. Med.
1997; 126:497-504.
17. Ng Tze Pin, Ng Yuen Ling and Lee
Hock Siang. Dehidration from Outdoor
work and Urinary Stone in a Tropical
Environment. Occupational Medicine
Volume 42. Number 1 Pp 30-32. ISSN
1471-8405.2007
18. Eric N, Taylor, Meir J. Stampfer and
Gary Curhan. Dietary Factors and the
Risk of Incident Kidney Stone in Men:
new Insight after 14 years of Follow up.
J. Am, Soc. Nephrol 15: 3225-3232,
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
9
2004.
19. Townsend CE. Diet for Renal Disease,
in Nutrition and Diet Therapy; Delman
Publisher Inc, 1983: 299-301.
20. Itoh, R. Nishiyama, N; Suyama, Y.
Dietary Protein and Urinary Excretion of
Calcium: A. Cross Sectional Study in a
health Japanese population. Am. J.
Clin. Ntr. 1998: 438-444.
21. Sherwood, Lauralee. 2001. Human
Physiology: From Cells to System.
Penerbit buku kedokteran ECG.
Cetakan I Jakarta,
22. Tusokhowong P, Chanchay. Crystalin
Composition and Etiologic Factors of
Kidney Stone in Thailand Asian
Biomedicine Vol 1 no. 1 Juni 2007.
23. Govidaraj, A and Sevan, M. An Oxalate
Binding Protein with Crystal Growth
Promotes Activity from Human Kidney
Stone Matrix. BJU. Int. 2002; 90,336
24. Rivers K, Shetty S and Menon. When
and How to Evaluate of Patien with
Nephrolitiasis, in the Urologic Clinic of
North America, Vol 27, 2.2000,2:203-
212.
25. Mallete L.E. Regulation of Blood
Calcium in Humans in Endocrinology
and Metabolism Clinic of North
America. 1989: 3: 601-609.
26. Goldfarb, Stanly. The Role of Diet in the
Patogenesis Endocrinology and
Metabolism Clinic of North America.
W.B Saunder. Philadelphia. 1990: 805-
815.
27. Tiselius, H.G. possibility for Preventing
Reccurent Calcium Stone Disease:
Principle for The Metabolic Evaluation
of Patiens with Calcium Stone Disease.
BJU Int. 2001; 88; 158-168.
28. Hirvonen,T. Pirjopietinen. Nutrien Intake
and Use of Beverages and The Risk of
Kidney Stone Among Male Smoker.
American Journal Epidemiology. 1999;
150:187-94.
29. Bredy, L.L. Preoperative Renal
Problem, Decision Making in
Anesthesiology an Algorithmic
Approach 3 rd edition. St Lois: Mosby.
2000; 79:228.
30. Agung, P. Pengaruh Olahraga terhadap
Pembentukan Batu Saluran Kemih. PIT
Yogyakarta. 2007.
31. Taylor, E.N. Stampfer M.J., Curhan.
Obesity, Weight Gain and Risk of
Kidney Stone. International Braz Urol.
Vol 31. No1. Rio De Janeiro. Jan. 2005;
293: 455-62.
32. Satoshi, H. Kidney Stone Disease and
Risk Factor of CHD. International
Journal of Urology. 12 (10). 2005: 859-
863.
33. Naya, Ito. Association of Dietary Fatty
Acid with Urinary Oxalate Excretion.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com |
id |
IOS2852.5280 |
institution |
Universitas Diponegoro |
institution_id |
69 |
institution_type |
library:university library |
library |
Perpustakaan Universitas Diponegoro |
library_id |
485 |
collection |
Diponegoro University Institutional Repository |
repository_id |
2852 |
city |
SEMARANG |
province |
JAWA TENGAH |
repoId |
IOS2852 |
first_indexed |
2016-09-15T18:00:10Z |
last_indexed |
2016-09-22T20:46:16Z |
recordtype |
dc |
_version_ |
1765880502538993664 |
score |
17.13294 |