KAJIAN PEMAJANAN KRONIK Pb LINGKUNGAN TERHADAP BIOSINTESIS HEME DENGAN PENANDA BIOLOGIS Î ́ALA, Zn PROTOPORFIRIN, PROTOPORFIRIN DAN PORFIRIN PADA ANAK Studi Kasus di Kota Semarang dan Kabupaten Demak

Main Author: Henna Rya , Sunoko
Format: Book PeerReviewed application/pdf
Terbitan: undip , 2009
Subjects:
Online Access: http://eprints.undip.ac.id/5002/1/Disertasi_-_Henna_Rya_Sunoko_Abdurachim.pdf
http://www.mil.undip.ac.id
http://eprints.undip.ac.id/5002/
Daftar Isi:
  • Latar belakang: pemajanan kronik Pb dalam dosis rendah dapat menyebabkan gangguan pada berbagai aktivitas enzim dan mempengaruhi berbagai sistem organ, antara lain biosintesis heme. Gangguan akan menyebabkan terjadinya elevasi kadar Î ́ALA, Zn protoporfirin, protoporfirin dan porfirin, sehingga perlu diketahui nilai ambang Pb dalam darah untuk gejala keracunan awal serta penanda biologisnya. Tujuan penelitian: (a) menentukan konsentrasi Pb terendah dalam darah yang memberi gejala keracunan awal; (b) menunjukkan ALA plasma, Zn protoproporfirin dan protoporfirin eritrosit serta porfirin plasma sebagai penanda biologis secara awal pada pemajanan kronis Pb lingkungan; (c) menunjukkan penanda biologis yang muncul paling awal di antara penanda-penanda biologis di atas. Metoda penelitian: penelitian dirancang secara cross-sectional, jumlah sampel 54 anak, umur antara 5-10 tahun, berasal dari Gebang Sari, Sekaran, dan Moro Demak. Variabel independen adalah kadar Pb darah dan variabel tergantung kadar Î ́ALA plasma, Zn protoporfirin eritrosit, protoporfirin eritrosit, dan total porfirin plasma. Data dianalisis secara non-parametrik dengan menggunakan uji korelasi untuk mengetahui signifikansi korelasi antar variabel tergantung dengan kadar Pb terendah, uji regresi dan multivariat dilakukan untuk mengetahui signifikansi hubungan antar variabel. Analisis probit dilakukan untuk mengetahui kadar Pb terendah dan untuk menentukan penanda biologis yang muncul paling awal. Hasil penelitian: terdapat korelasi positif dan sangat signifikan (p < 0,01), serta log regresi yang signifikan antara kadar Pb darah dengan Î ́ALA dan Zn protoporfirin (R > 0,5) dimulai dari kadar Pb darah 3 ppb. Analisis probit menunjukkan kadar Pb darah terendah yang dapat menyebabkan elevasi kadar Î ́ALA, dan Zn protoporfirin masing-masing 3,18658 ppb dan 3,35554 ppb. Î ́ALA plasma dan Zn protoporfirin dapat digunakan sebagai penanda biologis pada awal keracunan kronis Pb lingkungan, sedangkan protoporfirin dan total porfirin tidak dapat digunakan. Kesimpulan: kewaspadaan terhadap pemajanan kronis Pb harus sudah dimulai pada kadar Pb darah sekitar 3 ppb, Î ́ALA dan Zn protoporfirin dapat digunakan sebagai penanda biologis pada keracunan awal akibat pemajanan Pb lingkungan, dan di antara keduanya Î ́ALA merupakan penanda biologis yang muncul paling awal sehingga merupakan penanda biologis yang paling sensitif. Saran: sudah saatnya Departemen Kesehatan RI untuk menetapkan nilai ambang Pb darah anak sebesar 3 ppb dan menggunakan ALA sebagai penanda biologis, berikut cara pengelolaannya pada keracunan awal Pb lingkungan, serta pemetaan daerah-daerah dengan cemaran Pb ambien yang telah melebihi baku mutu lingkungan.