Daftar Isi:
  • Latar Belakang : Paparan d-alletrin pada tubuh dapat memicu pembentukan reactive oxygen species (ROS) dan menimbulkan oxydative stress. Oxydative stress yang berlangsung lama dapat mengakibatkan membran sel rusak bahkan sampai lisis. Apabila sel eritrosit yang hemolisis maka dapat menyebabkan anemia. Anemia dapat mempengaruhi janin yang dikandung, diantaranya berupa pertumbuhan janin terhambat(berat badan, panjang badan) dan kelainan morfologi. Tujuan Penelitian : Membuktikan pengaruh paparan obat nyamuk d-alletrin dengan dosis bertingkat terhadap pertumbuhan janin (berat badan,panjang badan) dan kelainan morfologi selama 19 hari masa kebuntingan. Metode : Disain penelitian adalah randomized post test only controled group. Dua puluh tujuh ekor tikus bunting dibagi secara random menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (K) yang tidak dipapar d-alletrin, kelompok perlakuan P1 dipapar d-alletrin 4 jam, dan kelompok perlakuan P2 dipapar d-alletrin 8 jam selama 19 hari. Analisis statistik one way anova untuk berat badan bayi, kruskal wallis untuk Panjang badan bayi, dan chi square untuk kelainan (perdarahan sub kutis) Hasil : Tidak ada perbedaan berat badan dan panjang badan bayi antara kelompok kontrol , P1 dan P2 dengan nilai p=0,058 dan p=0,072. Perbedaan kejadian perdarahan sub kutis yang bermakna didapatkan antara kontrol dan P2 (p=0,025),tetapi tidak ada perbedaan antara kontrol dan P1 ( p=0,147), serta antara P1 dan P2 dengan (p=0,319). Simpulan : Obat nyamuk d-alletrin dengan paparan 8 jam/hari selama 19 hari masa kebuntingan menimbulkan kelainan (perdarahan sub kutis) Kata Kunci : D-alletrin, berat badan, panjang badan, kelainan morfologi