Daftar Isi:
  • Latar Belakang: Berdasarkan dari hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Jakarta, ditemukan sejumlah produk pangan seperti bakso, tahu, mie basah dan siomay yang memakai bahan tambahan pangan boraks dijual bebas di pasar dan supermarket. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1168/MENKES/PER/X/1999, boraks termasuk dari salah satu bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk ditambahkan ke dalam produk makanan. Hepar merupakan organ penting dalam tubuh yang berfungsi untuk detoksikasi racun. Pemberian boraks dapat menyebabkan kerusakan sel hepatosit, sehingga akan mengganggu fungsi hepar. Tujuan: Menganalisis perubahan gambaran makroskopis dan mikroskopis organ hepar tikus wistar terhadap pemberian boraks peroral dengan dosis bertingkat selama 4 minggu dilanjutkan 2 minggu tanpa paparan boraks. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian post test only control group design. Sampel adalah tikus wistar jantan galur murni, umur 3 bulan, berat badan 150 – 200 gram, sehat, dan tidak ada abnormalitas anatomi, yang diberikan paparan boraks. Pada kelompok kontrol, perlakuan 1 dan 2 diberikan Borkas dengan dosis 0 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 600mg/kgBB selama 4 minggu dan dilanjutkan 2 minggu tanpa paparan boraks. Untuk mengetahui pengaruh boraks, diamati perubahan makroskopis dan mikroskopis dari organ hepar. Data dideskripsikan dalam bentuk tabel, gambar dan progam komputer. Hasil: Pemberian boraks tidak menyebabkan perubahan gambaran makroskopis dari hepar, dengan tidak ditemukannya nodul. Namun, pemberian boraks menyebabkan perubahan gambaran mikroskopis sel-sel hepar yang signifikan (p<0,05) Simpulan: Pemberian boraks dengan dosis 300mg/kg berat badan selama 4 minggu menyebabkan kerusakan sel hepatosit, walaupun selanjutnya pemberian boraks telah dihentikan selama 2 minggu. Kata Kunci : Boraks, Hepar, Makroskopis Hepar, Histopatologi Hepar