Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Jawa Tengah di Semarang
Daftar Isi:
- Semarang sebagai kota besar, nyaris tidak memiliki ruang pertunjukan yang representatif. Akibatnya, event teater, tari, musik berskala nasional dan internasional sering terlewat. Perkembangan seni di Ibu Kota Jateng ini pun terhambat. Dari semua gedung pertunjukkan di Semarang, bisa diketahui bahwa beberapa gedung-gedung itu dimiliki oleh pribadi atau instansi tertentu, sehingga tidak bisa diakses dengan mudah oleh semua kalangan. Ruang yang mudah diakses hanya aset milik pemerintah dan semua bisa dibilang tidak representatif, baik dari bentuk fisik, akses jalan, akustik gedung, maupun fasilitas pendukung. Oleh karena itu pekerja seni yang akan berpentas di kota Semarang selalu kesulitan. Satu-satunya alternatif yang bisa dibilang memadai hanya Auditorium RRI di Jalan Ahmad Yani. Itu pun terbentur olehharga sewa yang mahal sehingga mengakibatkan gedung hanya bisa dimanfaatkan oleh kelompok berdana besar. Selama ini pekerja seni terutama teater dan wayang orang lebih sering menggunakan Gedung Serba Guna TBRS. Namun gedung itu miskin fasilitas dan tidak memadai. Salah satu gedung pertunjukan di Semarang yang dulu terkenal adalah Gedung Rakyat Indonesia Semarang (GRIS), berada di jalan Pemuda gedung itu dulu merupakan gedung pertunjukan yang dipinjamkan pada kelompok wayang orang Ngesti Pandowo dan dilengkapinya dengan peralatan yang memadai. Bersinarnya Ngesti Pandowo membuat GRIS menjadi sangat identik dengan kelompok kesenian wayang orang tersebut. Pada masa-masa keemasannya, masyarakat selalu memenuhi gedung pertunjukan tersebut untuk menyaksikan pertunjukan wayang. Selain untuk keperluan kesenian, rapat dan kegiatan organisasi lainnya.