KANDUNGAN ZAT PENGHAMBAT DALAM SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTA SEMARANG

Main Author: MAHARANI, EKA PRATIWI MAHARANI
Format: Thesis NonPeerReviewed application/pdf
Terbitan: , 2003
Subjects:
Online Access: http://eprints.undip.ac.id/3987/1/1586.pdf
http://www.fkm.undip.ac.id
http://eprints.undip.ac.id/3987/
Daftar Isi:
  • Susu pasteurisasi merupakan produk olahan yang banyak diperjualbelikan Adanya zat penghambat pertumbuhan kuman ( antibiotika, formalin maupun antiseptik lainnya )dimaksudkan untuk memperlama daya simpan susu pasteurisasi. Penelitian tenteng kandungan antibiotika dalam susu pasteurisasi pada tahun 1987 dan penelitian serupa yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor menunjukkan hasil positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengeahui adanya kandungan zat penghambat pertumbuhan kuman (antibiotika,formalin maupun antiseptik lainnya) dalam susu pasteurisasi. Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian survei cross-sectional, dengan malakukan pemeriksaan kandungan zat penghambat terhadap 25 buah sampel susu pasteurisasi. Kandungan zat pengahambat sampel diperiksa menggunakan Uji Agar (Blattchen Test ) dengan Metode Kuadrant. Sampel sebanyak 25 buah berasal dariu 3 merk susu pasteurisasi yang berasal dari kota Semarang. Variabel yang juga diperiksa dal;am penelitian meliputi kondisi susu pasteurisasi, pH dan angka/jumlah kuman. Hasil penelitian menunjukkan dari 25 sampel yang diperiksa, 33,3 % positif zat penghambat. Kondisi sampel secara keseluruhan baik, pH normal cenderung basa, dan tidak menunjukkan adanya pertumbuhan kuman, Adanya kandungan zat penghambat dalam susu pasteurisasi perlu diwaspadai, mengingat adanya dampak tidak baik yang dapat yang dapat ditimbulkan akibat mengkonsumsi susu yang mengandung zat penghambat. Produsen susu pasteurisasi perlu mengadakan deteksi residu antibiotika pada susu segar. Produsen susu pasteurisasi juga diharapkan untuk tiadk memberikan zat pengawet pada produk mereka. Sedangkan peternak sapi perah diharapkan memerah sapinya minimal 72 jam setelah ternak tersebut memperoleh terapi antibiotika, dan menghindari pemberian pakan yang dicampur antibiotik