PEMERTAHANAN BAHASA DAERAH: STUDI KASUS BAHASA JAWA DALAM KARYA SASTRA INDONESIA
Main Author: | Lustantini , Septiningsih |
---|---|
Format: | Proceeding PeerReviewed application/pdf |
Terbitan: |
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.undip.ac.id/36894/1/12.pdf http://mli.undip.ac.id http://eprints.undip.ac.id/36894/ |
Daftar Isi:
- Dalam dunia sastra, bahasa memegang peranan penting, yaitu sebagai pengungkap ekspresi. Peranan bahasa yang begitu penting menjadikan sastra disebut dunia dalam kata. Dengan kata, pengarang menciptakan, membangun, menawarkan, dan mengabstraksikan pesannya dalam wujud kata-kata (bahasa). Sebagai alat ekspresi budaya, bahasa daerah telah merekam pikiran dan pengalaman manusia Indonesia dengan kekhasan masing-masing sehingga membentuk keanekaragaman dalam pelbagai aras kehidupan bangsa yang pluralistik. Kekhasan tersebut menjadikan bahasa daerah dalam konteks apa pun perlu dipertahankan karena pesan yang diembannya. Kata nuwun sewu (bahasa Jawa), misalnya, tidak sekadar bermakna meminta maaf (bahasa Indonesia) karena muatan budaya yang diusungnya. Usaha pengarang dalam mengekspresikan pesan dengan bahasa daerah agaknya erat kaitannya dengan kepedulian mengenalkan budaya lokalnya, sekaligus kosakata aslinya. Dalam makalah ini akan dikaji penggunaan bahasa daerah dalam karya sastra Indonesia. Karya sastra yang dipilih sebagai pumpunan adalah karya sastra Indonesia yang tampak mencolok bahasa Jawanya: Sri Sumarah, Para Priyayi, dan Jalan Menikung karya Umar Kayam. Seberapa jauh karya tersebut menyiratkan semangat pemertahanan kehidupan bahasa daerah (Jawa) dalam konteks perjalanan sastra Indonesia? Itulah yang akan ditelisik dalam tulisan ini