Hubungan Lingkar Pinggang dan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Main Author: | Retno Sari, Retno Sari |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed application/pdf |
Terbitan: |
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.undip.ac.id/24865/1/296_Retno_Sari_G2C308013_A.pdf http://eprints.undip.ac.id/24865/2/296_Retno_Sari_G2C308013.pdf http://eprints.undip.ac.id/24865/ |
Daftar Isi:
- Latar Belakang: Lingkar pinggang sebagai indikator obesitas abdominal dan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai indikator terjadinya obesitas. Peningkatan keduanya dapat mengganggu sensitifitas insulin dan memicu timbulnya diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar risiko lingkar pinggang dan IMT terhadap kadar glukosa darah pada pasien obesitas. Metoda: Penelitian analitik desain cross-sectional dengan metoda consecutive sampling pada 64 pasien obesitas di poliklinik penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kadar glukosa darah puasa (GDP) dan 2 jam postpandrial (GDP2JPP) diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan metode oksidasi glukosa. Lingkar pinggang di ukur dengan metline dan obesitas digolongkan berdasarkan IMT. Analisis dilakukan secara univariat dan analisis varian ratio prevalence untuk melihat besar risiko prevalensi antara variabel independent dan dependent Hasil Penelitian: Laki-laki dengan obesitas abdominal berisiko 4,85 kali terkena DM tipe 2 dibandingkan laki-laki dengan lingkar pinggang <90 cm, sedangkan pada wanita dengan obesitas abdominal berisiko 6,5 kali terkena DM tipe 2 di bandingkan wanita dengan lingkar pinggang <80 cm. IMT ≥30 pada laki-laki mempunyai risiko 6,41 kali lebih besar dari IMT 25-29,9 untuk terjadinya DM tipe2 dan 3,75 kali pada wanita. Kesimpulan : Bertambahnya ukuran lingkar pinggang dan IMT mempunyai risiko terhadap peningkatan kadar glukosa darah.