STEREOTIP PEREMPUAN DALAM BAHASA INDONESIA (Kasus Stereotip Perempuan dalam IkIan Televisi Indosiar dan Rajawali Citra Televisi Indonesia)

Main Authors: Pujiastuti, Sri , Suyanto, Suyanto, Abdullah, M.
Format: Monograph NonPeerReviewed application/pdf
Terbitan: FAKULTAS SASTRA , 2002
Subjects:
Online Access: http://eprints.undip.ac.id/22081/1/590-ki-fk-04.pdf
http://eprints.undip.ac.id/22081/2/590-ki-fk-04-a.pdf
http://eprints.undip.ac.id/22081/
Daftar Isi:
  • Stereotip perempuan sebagai salah satu wujud bias jender (seksisme) dalam bahasa Indonesia merupakan proses reproduksi kekuasaan laki-laki atas perempuan dalam masyarakat yang berakar pada budaya patriarki. Stereotip perempuan dalam Penggunaan bahasa Indonesia dalam iklan merupakan salah satu proses pelanggengan yang sangat efektif dalam memelihara sekaligus membangun stereotip-steeotip baru tentang perempuan. Berbagai cara ditempuh untuk lebih mengefektifkan proses reproduksi stereotip perempuan dengan berafiliasi pada sejarah (kebangsawanan dan peradaban manusia) pada masa silam dan ilmu pengetahuan: riset. Hasil penelitian ini mengungkap stereotip perempuan dalam unsur-unsur bahasa: kosa kata, frasa, dan ungkapan dalam bahasa Indonesia. Stereotip perempuan yang dicerminkan dalam tiga unsur tersebut pada umumnya berupa ajektif yang menerangkan sifat dan kbndisi perempuan ideal yang dibangun berdasar akar sejarah, ilmu pengetahuan, dan kemoderenan yang tidak jarang berarti barat. Adapun stereotip perempuan itu berupa deskripsi sosok perempuan ideal dalam empat hal yaitu penampilan fisik, sifat atau karakter, pekerjaan, dan ketrampilan yang dimiliki. Penampilan fisik merupakan stereotip yang paling gencar digambarkan dalam bahasa Indonesia pada berbagai iklan, khususnya iklan kecantikan, mulai dari hal yang paling pribadi bagi seorang perempuan yaitu kemaluan, betis, pinggul, payudara, wajah, kulit, hingga rambut. Sedangkan sifat perempuan digambarkan sebagai sosok yang enerjik, ramah, menyenangkan, hangat, romantis, penuh gairah dan sejenisnya. Pekerjaan yang distereotipkan sebagai pekerjaan perempuan adalah yang berkhitan dengan fungsi pelayanan, seperti sekretaris, guru, dokter, pramugari, perawat, dan baby slier. Ketrampilan yang distereotipkan sebagai ketrampilan seorang perempuan yang berkaitan dengan peran tradisional dalam ruang domestik, seperti memasak, mencuci, mengepel, bersih-bersih dan penghambaan terhadap laki¬laki khususnya dalam hal seks, harmonisasi rumah tangga, dan leisure seperti bersolek, bikin laki-laki betah di rumah, dan sejenisnya. Latar belakang penstereotipan perempuan yang bersifat subordinatif terhadap laki-laki tidak terlepas dad sejarah dan psilculogis laki-laki. Karena budaya patriarki yang sudah melembaga pada semua aspek kehidupan yang dikonstruksi dalam berbagai bidang: agama, hukum, politik, dan sosial. Dengan demikian, keadaan yang sebenarnya bersifat menindas perempuan sudah tidak dirasakan lagi bahkan perempuan merasa menikmatinya dengan keadaan itu